Senin, 12 September 2011

Oh la la..

Nala mengusap ujung matanya dan meliuk perlahan. Rupanya ia cukup lelah setelah hampir seharian ia duduk di depan komputer.
Matanya lelah. Namun hatinya tak kalah lelah. Setiap hela nafasnya mengandung kekecewaan.

"Ternyata wanita itu yang sekarang menjadi pendamping Andro"
"Saya harus belajar mengikhlaskannya"

Nala tahu niat itu harus dilakukannya. Mendapati kenyataan sang mantan kekasih sudah memiliki pendamping baru. Masih lekat diingatannya ketika Nala sakit dan Andro datang menembus hujan demi membawakan Nala semamngkuk bubur kesukaannya. bahkan pekikan suara dan tangisnya saat bertengkar dengan Andro juga seperti enggan pergi dari pikirannya.

Setelah dua bulan berlalu, paling tidak aku harus menata kembali hidupku. begitu batin Nala.

kemudian Nala sibuk mengatur jadwal kegiatannya. Memaksanya padat. Mulai dari kuliah, kursus Perancis hingga unit kesenian dan klub menulis.
Semua dilakukan Nala untuk sejenak mengalihkan perhatiannya pada dering ponsel yang menandakan Andro menanti gelak tawanya diujung telepon, bahkan Nala rela berjalan memutar untuk menghindari kelas Andro.

Namun kemudian Nala lelah. Saatnya ia bersikap sedikit dewasa dan menghadapi apa yang seharusnya terjadi.

Tekadnya membuahkan hasil. Suatu siang yang padat di kantin, tangannya tidak sengaja berbenturan dengan sesosok pria yang berjalan cepat melewatinya.
Reflek, Nala menoleh dan mengucap maaf. Namun maaf Nala berubah menjadi 'kejutan' saat mendapati sosok di depannya adalah seorang yang mati-matian ia hindari selama sebulan belakangan.

"Hai, Nal. Apa kabar? " sapa Andro tidak kalah canggung.

1 komentar: