Senin, 30 September 2013

NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE



Halo saya adalah pemilik blog ini yang sudah lama tidak meng update berita maupun kisah cinta saya yang fenomenal itu (haish) dikarenakan berbagai kesibukan. Singkatnya saya bangun dari tidur panjang ini bukan karena semata kangen menulis. Saya ikutan project kece nih guys. Namanya NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE. Wuih serem juga nih kalo ditantang biasanya mental cicadas suka nantangin balik.

Rules simpelnya adalah kita menjalani 14 hari dengan mengkonsumsi si sereal gress enak endues dan sehat ini dibarengi kegiatan olahraga yang tentunya baik buat tubuh. Jadi kombo deh, enak iya tapi sehat jugak. Makanya olahraganya jangan lupa. Setelah itu terasa deh perubahan buat sistem tubuh kita kaya apa. Misal gue tiap hari sarapan serabutan, dari kueh cubit setengah mateng, roti, pisang goreng dan kawan – kawannya. Nah sekarang coba difokuskan mengonsumsi si Fitnesse. Semoga dalam rentang waktu ini memang terbukti jitu khasiatnya. 

Seru nya lagi, tantangan NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE ini bukan Cuma boleh diikuti ciwi ciwi kece macam gue ini. Kalian semua juga boleh ikut. Beli aja serealnya di carefour atau swalayan terdekat lalu ikutan deh posting pengalaman as daily journal di blog kamu sendiri (jangan pake blog orang). Trus nanti berkesempatan dapet hadiah. Keren kaan. Aku aja anaknya kan kuis hunter, jadi makin semangat deh.

Nah berhubung hari pertama NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE ceritanya masih adaptasi, gue cerita love at first sight tentang si Fitnesse ini yah. Sebelum resmi ikutan tantangan NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE ini, gue pernah colongan nyobain si Fitnesse punya temen gue yang emang anak runner. Pengamatan gue adalah, si Lina (temen gue ini) reflek loh milih Fitnesse diantara deretan sereal lain yang ada pada waktu itu. Kemasannya eye catching, produk Nestle yang udah pasti bernutrisi tinggi dan higienis juga jadi pertimbangan. Tinggal rasanya deh.. Sip pas sampe kosan, gue pun merengek minta nyoba si Fitnesse. Lina dengan kalem membagi perbekalan susu nya untuk gue nikmati bersama Fitnesse.

Sendok pertama mat ague berbinar binar bagai tokoh anime manga. Enaak, crunchy dan nagih. Buktinya kalo si Lina lagi meleng gue tambahin lagi serealnya ke mangkok. Haha. Yak sejak saat itu gue makin penasaran dan gak sabar buat mulai NESTLE FITNESSE 14 DAYS CHALLENGE ini.

Doakan saya berhasil mengimbangi dengan olahraga ya. Sebenarnya sih ingin renang dan zumba tiap hari. Apa daya jatah zumba seminggu sekali dan renang nyari teman yang berani diajak belang dulu. Jadinya sekarang mau cari cari tips simpel work out di rumah dan cek cek video yoga
Have a good & healthy day you people!

Selasa, 04 Juni 2013

Lantunan Joni & Susi, menuju semesta















tidak ada yang bisa diungkapkan saat saya berdiri dengan jarak satu meter setengah dengan melancholic bitch. terima kasih untuk lantunan cerita Joni & Susi yang menyayat nadi, hentakan kepala, dentuman jantung karena berdiri dengan posisi bersebelahan dengan sosok yang membuat saya harus berbagi konsentrasi sepanjang pertunjukan dan after taste yang masih belum hilang sampai sekarang.

Balada Hampir Satu Tahun

Sungguh keputusan yang berani nekat dan ‘memaksakan’. Kalau tidak untuk sebuah album berjudul Balada Joni dan Susi, saya bertaruh saya tidak akan berani kembali kesana.

Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, suasana akan kaku, awkward apapun itu namanya. Tekad saya rupanya sedikit bisa mengendalikan emosi untuk tetap kool dan fokus. Walaupun si sukhoi, kucing yang sekarang besarnya sudah seperti anak macan itu menghampiri kaki saya. Gile, kecinya aja saya takut lah ini udah menjadi kucing gagah yang kekar (lebay).

Setelah kecewa karena tidak mendapati si gholum di rumah (yah kuciwa deh padahal kan kangen, kangen nge bully) akhirnya kami bisa bicara beberapa hal simpel dan dengan sedikit mengumpat dalam hati waktu dia berhasil ngerjain saya. 

‘ibu ada kali di kamar, itu diluar kenapa coba ada mobil?’
‘ih boong banget’ padahal udah siap siap gitu kalo beneran ada ibu kan tinggal sungkem (ditajong).

Ternyata itu semua hanya ulah iseng dan sukses membuat air muka saya berubah. Semoga dia tidak tau saat saya diam diam merekam seisi ruangan dalam otak. Langit – langit, halaman belakang, makanan kucing yang berserakan di lantai, terlebih susunan kursi. Saya duduk berpindah. Dari seberang pindah ke samping. Potongan ingatan saya tersingkap dari peraduannya. Duduk disini memorinya ini, duduk disana saya pernah dibully karena itu. Sayang saya tidak bisa melihat isi kamarnya dan duduk di teras depan kamar. 

‘pindah kamar?’
‘ngga, kamarnya berantakan banget. bangun – bangun udah berantakan banget. masa harus diberesin? Nggak ding, kasurnya patah.’

Entah bagian yang mana yang harus saya yakini. Yang jelas dia masih sama. Jawaban yang sangat membuat saya rindu untuk mendengar jawaban – jawaban seperti itu dalam jenis pertanyaan apapun.

Adapun Kursi kayu panjang dengan pemandangan pohon palem yang saya juga tidak tahu itu jenis apa juga sangat mendorong hasrat ingin tahu saya. Meskipun saya masih menyimpan rapi sebuah foto yang saya ambil dengan kamera handphone, tetap saja saya merasa ini adalah kunjungan yang tidak sahih tanpa melihat si pohon di depan kamar tersebut.

Jujur saya cukup senang saat akhirnya bisa bicara hal yang ingin saya tanyakan. Tapi serasa dicurangi waktu, semua terasa sangat cepat. Yang lambat hanyalah detak jantung saya saat dia memejamkan mata kemudian menjawab pertanyaan saya dengan diawali helaan nafas panjang, disambung tatapan tajam dan dalam sebelum akhirnya memberikan beberapa kalimat penjelasan yang mana saya akan tetap merasa itu kurang jelas.

Dan, satu statement yang bisa saya tangkap adalah ‘memaksakan’, eh itu kata ya? Pokoknya pernyataan deh. Saya akui itu. Walaupun setelah itu saya harus bekerja sedikit ekstra menarik ujung ujung bibir saya untuk membentuk seulas senyum. Baiklah, saatnya melakukan ‘pemaksaan terakhir’. Surat atau kartu menjadi media pilihan. Walaupun saya jauh lebih suka apabila bisa selesai dalam suatu ruang nyata. Bertemu, duduk, bicara tanpa embel embel masa lalu. Menyelesaikan apa yang saya masih sisakan di sudut hati. Semoga, ada keajaiban. Kalaupun tidak, maka saya akan menyerahkan kuasa pada lembaran kertas yang nantinya akan diantarkan pak pos. tanpa pengharapan akan balasan.

Senin, 20 Mei 2013

Crafty Days Tobucil #7



Entah saya masih belum bisa menaklukan sang maha manajemen waktu atau memang saya spesialis pencerita dikala sudah lewat? (alias nyari waktu untuk bisa sekedar nulis dirumah).

Adalah kali pertama saya menyambangi gelaran Crafty Days yang sudah tujuh kali diselenggarakan oleh Tobucil, sebuah toko tempat segala kebahagiaan orang macam saya berkumpul. Terakhir ke Tobucil saya sukses mengikuti workshop kaligrafi jepang, nonton pentas puppet show, kopdar dengan salah satu teman cardtopost (Lily) dan menculik dua lembar kartu dan dua helai kain flannel. Ketika akhirnya tersiar kabar sebulan sebelum hari H, saya sudah asyik masyuk mencari kawan untuk bertandang bersama kesana.
Dengan seksama saya membaca list kegiatan seru yang bisa dipilih dalam 2 hari Crafty Days. Pilihan saya jatuh pada Workshop membuat sandiwara boneka kertas yang di asuh (langsung) oleh Mba Ria dari Papermoon Puppet. Wohoo! Antara senang dan kagum dan norak, saya memilih untuk mengikuti workshop tersebut, berharap bisa foto bareng selepas kelas.

Hari berganti hari, Kerjaan di kantor semakin menghimpit dan hampir mengubur angan saya mendaftar kelas tersebut. Sebuah pesan singkat dua hari menjelang hari H, dimana saya sedang berembuk dengan Andika Budiman untuk menghadiri event itu bersama, mengubah takdir saya. “Aku ikut kelas papermoon puppet yang Sabtu kok, Fan.“ begitu kata Dika. Wah langsung saja saya menelepon ke Tobucil untuk mendaftar, lucky me masih ada tempat untuk kelas tersebut.

Hari yang dinanti tiba, saya dijemput Andika di rumah, sempat pula ia minta minum dulu laksana musafir yang habis mengembara (padahal abis ngirim paket titipan mamahnya :p ) setelah itu kami berdua cukup optimis akan sampai lokasi tepat waktu walau sambil berharap si kelas akan mulai sedikit ngaret. Ketika jarum jam sudah mengarah pada pukul satu siang, kami sedang terjebak macet disekitar jalan braga dan asia afrika, tak pelak saya mengutuki keadaan tersebut. Rupanya ada weekend market braga yang membuat jalan tersebut ditutup. Kami terpaksa harus kembali memutar jalan dan makin panik diperjalanan.

Setibanya di Gedung Indonesia Menggugat, kami menuju meja registrasi. Disana kami bertemu dengan Lily, yang memang bekerja di Tobucil. Hari itu Lily Nampak cantik dan bersemangat. Sayang kami buru-buru dan tidak sempat berbincang. Masuk ke dalam kelas, kami berdua meminta maaf karena datang terlambat dan lekas menduduki kursi di meja terdekat. Rupanya Teh Arla & Teh Nia (LOTF) juga ikutan, dan di ujung meja saya melambaikan tangan pada Lana. Ah, hari yang menyenangkan bertemu banyak teman di satu tempat, hehe. 

Bagaikan dipacu waktu, saya dan Andika langsung mengikuti langkah – langkah yang di contohkan oleh Mba Ria & partner, aku lupa loh Mas nya namanya siapa. Huhu maaf ya Mas, padahal Mas ini baik sekali loh sering menghampiri meja saya & Dika yang masih tampak kebingungan. “Kita datang telat sih ya Fan, jadi kayak yang diburu-buru apaaa gitu.” Haha, saya pun mengiya kan celoteh si Dika. Pelan – pelas saya mengatur napas dan mencoba menguasai kardus bekas dalam genggaman. Hmm, mau dibentuk seperti apa ya ‘panggung’ nya? Mba Ria membawa beberapa contoh yang sudah jadi. Baiklah, saya ikuti saja salah satunya (ndak kreatip). Beres membuat si panggung, saya membolak balik halaman majalah bekas yang saya bawa dari rumah. “Kalau bisa cari karakternya saja dulu, background kolase nya kan bisa menyesuaikan warna dari karakternya,” begitu pesan Mba Ria. Okedeh, karakter pertama yang saya temukan adalah ballerina. Cukup absurd tatkala kearakter selanjutnya yang saya pilih adalah siluet pasangan di meja makan dan Jason Mraz. NYAHAHAHAHAHA. Mampus lo Pan, ceritanya apaan coba. Begitu bunyi pesan desperate di kepala saya. Ah biarlah, cerita belakangan saja, walaupun saya sudah bisa memprediksi ceritanya bakalan ngaco. Prinsip saya, “biarlah ceritanya ngaco, yang penting tampilannya kece”. Berbekal prinsip tersebut saya ngebut mencari halaman untuk kemudian saya robek robek kecil dan ditempel sebagai latar. Yak, benang merahnya adalah ‘restoran’. Duile, gaya bener deh ah. 




Mba Ria cukup hapal dengan karakter ballerina yang sempat saya tanyakan kepadanya. Maka, setelah 2 jam bergelut (tapi gak kerasa loh, sumpeh) maka satu persatu peserta di daulat untuk maju dan menceritakan atau mementaskan karyanya. Ah, pura – pura nggak lihat Mba Ria aaaah. Tapi saya gagal, senyum mesam mesem saya membuat Mba Ria memanggil si ballerina. “Ayo siapa lagi yang sudah selesai, ballerina mana nih ayo cerita.” Err, baiklah. Saya menceritakan tentang kisah sepasang muda – mudi yang sedang dinner di sebuah resto. Karna satu dan lain hal, si wanita pun ngambek ke si pria. Si pria meminta sang ballerina hadir untuk memberikan tarian romantis yang dapat meluluhkan hari si wanita. Si ballerina tak ingin sendiri, maka ia pun meminta Jason mraz mengiringi tariannya. Akhirnya si wanita luluh dan berbaikan. Haa what a night. The end.





Gak apa, emang harus diketawain ceritanya hahaha. Prinsip saya kepake kok, walau ceritanya ngaco, teater box saya termasuk yang cukup rampung dan berhasil dijepret beberapa kawan yang hadir, cie idung saya langsung kembang kempis. Oh iya, pada hari itu Raraspraw, si sohib ciamix dari Jakarta sedang bertandang ke Bandung. Jadilah dia menyelinap masuk ke kelas dan bertemu sebentar. Makasih ya Ras, sayang gue gak dikenalin ke Apgan hahaha. 

Punya Dika gimana? Sebagai pribadi perfeksionis dan kreatif, Dika berhasil mengadaptasi kisah keterlambatan kami hari itu, digabungkan dengan kebaikan Mas di kelas workshop diramu menjadi scenario pentas. Dika menggambar sendiri karakternya, tidak mengambil dari majalah. Sayang, Dika memilih untuk merampungkan si kotak panggung dirumah. Jadilah dia cerita tanpa kotak hehe. 

Selesai kelas, saya melancarkan misi untuk foro bersama mba Ria. Setelah itu saya dan Dika menjelajah venue Crafty Days #7. Menyapa Mas Budi di stand garasi opa nya, melihat semua karya yang hadir di stand-stand dan jatuh cinta pada boneka kaus kaki serta cap bertuliskan ‘empat kali empat sama dengan enambelas, sempat tidak sempat harus dibalas’. Beuh cardtopost banget kaaan, sayang berhubung saya lagi bokek maka saya cuci mata aja deh hehe.

Setelah menyimak pameran foto, saya diantar Dika ke Kummara untuk brifing Happy Play. Sungguh hari yang menyenangkan. Semoga Crafty Days #8 makin seru! Salam,
Fanni Yudharisman

Happy Play at RS Al Islam



Halo, akhirnya saya ikutan main bareng Happy Play lagi, yes saat Vitri mengabari bahwa akan ada special occasion bermain dalam salah satu event di RS Al Islam saya menyambut sukacita karena dilaksanakan di hari Sabtu! Yeaay bisa ikutan (tangis haru). Sipdeh setelah ikutan brifing di minggu lalu, hari ini 18/05 maka kami akan bersenang senang bersama adik – adik luar biasa disana. Kenapa oh kenapa luar biasa? Adik – adik down syndrome akan hadir bersama para orang tua dan mengikuti sesi parenting class. Excited sekaligus deg-degan. 

Belum pernah kontak langsung dengan mereka, nih. Berdasarkan sharing dengan beberapa volunteer baru yang juga merupakan teman – teman dari psikologi UNPAD, anak – anak DS butuh kita kelompokkan berdasarkan keaktifannya, bukan umurnya. Wuih kalo udah yang ilmiah gitu sih saya manggut-manggut aja. Setelah sempat didaulat untuk role playing di puppet theater, saya kemudian mengabari Vitri, dengan sangat menyesal tidak bisa bergabung, karena jam kerja yang selalu pulang malam tidak memungkinkan saya untuk ikut latihan huhu. Mungkin kegiatan selanjutnya saya bisa mencoba. Udah niat banget loh, sampe beli boneka tangan sendiri, haha.

Sabtu pagi, semangat loncat dari kasur mandi dan sten bay di depan lucky square nunggu Vitri, Chita dan Enggar menjemput. Disaat sedang ngumpulin nyawa, karena masih rada ngantuk, eh di fly over kircon ada peristiwa berdarah. Ada mba – mba korban kecelakaan motor. Kepalanya bocor, darahnya bercucuran wuih serem banget. Vitri langsung coba menghampiri dan mengajak mba tsb untuk ikut kita ke RS Al Islam, secara paling dekat dari lokasi kejadian. Sepanjang jalan saya jadi merinding. Padahal Cuma kebagian megangin tas nya yang juga kecipratan darah, Enggar malah harus bantuin tekan kepalanya untuk ngurangin darah yang mengucur. Segera kita tiba di UGD, Vitri & Enggar nge drop mbak nya dulu di UGD.

Beres semua kumpul, kita menuju aula di lantai 6. Ternyata peserta nya masih belum datang. Kita sempat brifing sebentar dan akhirnya menyambut satu persatu adik adik yang mulai berdatangan. Berhubung mereka rata – rata masih kecil. Dibawah 8 tahun, maka gameboard yang dibawa yang sederhana. Mulai dari balok balok kayu susun, papiko dan mainan jahit jahit yang simpel. Syukurlah mereka suka dan antusias mainnya. Cuma yang cukup berbeda dari Happy Play di RSHS adalah adik adik dan orang tua yang tersebar, maka volunteer bergantian menghampiri dan mengajak main adik – adik. Mereka juga cenderung belum bisa main bergabung, lebih didampingi langsung oleh para orang tua. Namun pemandangan yang membuat saya terharu hari ini adalah betapa orang tua sangat sabar daan mensupport anak anak mereka. Apalagi para ayah yang bisa hadir untuk mendampingi ibu dan anaknya bermain bersama. 






Setelah menyimak materi parenting class tentang tumbuh kembang anak DS, maka lantai dan panggung (lebay) diserahkan kepada Happy Play! Yippie! Ome didaulat untuk memimpin senam ala happy Play menggunakan lagu twinnies, kita semua berdiri, menggoyangkan tangan kaki berputar dan bergembira. Setelah puas bernyanyi, Chita Meisya dan Ome diiringi petikan gitar Windy menampilkan pertunjukan Puppet Show. Tema nya tentang petualangan panda dan kawan kawan. Si Panda ini mascot dari Happy Play loh hehe. Pentas puppet show berakhir, adik adik diajak memakai baju plastik. Wah ada apa ini? Rupanya kita akan mewarnai menggunakan jelly warna (bikinnya dari tepung mayzena, canggih ya). Semua adik adik antusias mewarnai dibantu ayah dan ibu nya. Saya juga ikutan loh. Tema nya abstrak (padahal mah kekurangan inspirasi) hehe syukurlah semua tidak ada yang murung tadi pagi. Ada juga adik yang masih Nampak malu – malu untuk bergabung mewarnai, tapi suka sekali bermain papiko. Minat dan keinginan adik adik DS memang tidak bisa dipaksakan. 





Wah tidak terasa sampailah ke penghujung acara, setelah membawa hasil mewarnai masing – masing seluruh peserta dan kakak – kakak Happy Play maju untuk berfoto bersama. Sungguh hari yang berkesan. Semoga dalam kegiatan selanjutnya, kita bisa kembali berkumpul dan bermain. Karena bermain adalah hak dan kebutuhan anak – anak dalam keadaan apapun. Salam Panda!