Kamis, 28 Juni 2012

gank gempol







asupan gizi di pagi hari itu penting. apalagi kalau ada dua ciwi cantik yang belum pernah nyobain roti gempol.
jadilah jam 9 pagi kita berempat heboh foto-foto disana
makannya sih gak seberapa, heboh aja dulu
haha. really a nice time to gather
thankyou cebi & upi!
cheers! *angkat gelas susu*
slurp

cmon zoo-ing! @cardtopost








akhirnya sampai loh kartupos balasan dari Mas Riski Ramadhan :D
kartupos gambar singa yang ku kirim tempo hari dibalas nda kalah seru dengan potongan scene dari film We Bought a Zoo yang baru ditontonnya! wah jadi mau nonton juga nih. dan jadi pengen jalan - jalan ke kebun binatang lagi pastinya.

tapi sayangnya kebun binatang bandung kurang terawat nih, jadi kurang puas deh kalau wisata kesana. semoga katanya kebun binatang bandung yang lagi di renovasi itu bisa lebih nyaman untuk disinggahi lagi.

teri ma ka sih mas ki ram!

Senin, 25 Juni 2012

STARWARS DAY

Yep bandung emang kece! Dibuktikan dengan gelaran SWDBDG atau starwars day di Gedung Indonesia Menggugat tanggal 24 Juni kemarin. Teman-teman penggila film sci-fi paling berpengaruh dalam sejarah itu pun tumplek plek memenuhi tiap ruang. Mulai dari eksibisi, diorama, ruang nonton film star wars bareng hingga area merchandise. Selain digarap dengan apik oleh komunitas Urban Jedi, Order 666 dan dukungan dari banyak pihak, antusiasme pengunjung juga hadir dari seluruh kalangan hingga sampailah sebuah bus khusus dari Jakarta berisikan komunitas SITH hadir mendukung acara keren ini. Pertarungan light saber yang sebelumnya hanya menjadi khayalan dalam benak, menjadi atraksi yang meriah di halaman depan GIM kala senja berganti malam.

Kesempatan untuk memenangkan berbagai macam pernak pernik Star Wars juga bisa didapatkan pengunjung dengan berpartisipasi di Bounty Hunter Games. Doorprize yang menggunakan sistem point ini lumayan seru. Artinya pengunjung bakal dapet point banyak kalau datang pakai cosplay tokoh starwars, pakai baju beratribut starwars, beli toys, atau sekedar mention #SWDBDG di twitter. Wuidiih langsung sibuk cari spot seru buat difoto dan upload ke twitter deh. Hehe 

Yang bikin saya kagum adalah suasana akrab antar penggemar starwars disana! Seperti masuk kedunia mereka loh. Dengan mayoritas cowok cowok geek tapi unyu *lap iler* kan aku jadi betah. Hehe. Puas keliling menyimak perjalanan cerita episode I-VI melalui diorama toys dan resume kisah dalam display panjang, saya kemudian kembali amazed dengan banyaknya karya artwork dari artist muda di Bandung ini. Meski sebagian nama sudah tidak asing di telinga, rupanya banyak juga artist muda yang karya nya layak dapat sorotan. Wuaah saya seperti tenggelam dalam keriaan menikmati karya mereka yang sangat patut diacungi jempol. 

Penasaran dengan konsep mini theater yang secara marathon memutar film – film starwars di sayap kiri gedung, saya pun ikut duduk dan menikmati kali pertama menonton film starwars dalam hidup saya *koprol* *kemane aje*
Banyak yang bertanya, “Cuma satu hari nih acaranya?”
Indikasinya banyak yang belum puas menikmati gelaran pertama namun membekas dihati ini. Semoga SWDBDG menjadi acara tahunan dengan lebih banyak objek yang bisa dinikmati, selain foto bareng dengan para storm troopers tentunya *wink*

Salut SWDBDG!











Labirin

Aku tersesat tapi tak membutuhkan pertolongan
Aku angkuh dan meraba dalam gelap
Titik terang itu bahwasanya nyata
Rasanya seperti tanganmu menjulur kearahku
Terasa dekat dan hangat
Aku masih mencari lekukan jalan lain
Yang membawaku kembali menuju lekukan lainnya
Kupacu langkahku cepat, rapat penuh hasrat
Terengah tak terarah
Labirin ini memberi pilihan ke banyak ruang
Jalan yang menutup tak menyurutkan langkahku
Putar arah kembali mengikuti kata hati
Terpejam kaki melangkah ke kiri
Ah rupanya kau selalu menunggu disana
Dalam diam dan pengharapan
Keangkuhanku selama ini mengaburkan pandangan
Dari sorot mata tajam yang kau pancarkan
Kau bagai rumah yang selalu membuka pintunya untukku
Menghembuskan angin sejuk
Maka berakhirlah pencarianku dalam labirin ini
Kau adalah tujuan, tapi kita akan berjalan beriringan
Hendaknya kau menuntunku menepiskan semua ragu
Satu tahun pengembaraanku bermuara
Pada tentramnya kata dan cita yang kau bawa
Untukmu duniaku ada
tulisan dari seorang yang menelepon di malam hari untuk berbagi cerita ----

yang di sampingku malam ini

Hari ini tidak lepas dari hari kemarin, dan hari esok juga tidak lepas dari hari ini. Sesuatu yang mewakili diriku hari ini begitupun adanya.  Diriku terhadap kedalaman diriku, diriku terhadapmu, dan diriku terhadap orang lain. Dalam tulisan ini cukuplah diriku terhadapmu dari kedalam diriku. Dalam kalimat pop menjadi “aku padamu”. (Silahkan tersenyum, karena akupun tersenyum ketika menulisnya)

Berhubung perasaan dan jam tidurku yang random saat menuntaskan tulisan, aku berharap maksud dari tulisan ini dapat tersampaikan dengan jelas. Aku membuat tulisan ini setelah 3 jam di kantor polisi, untuk mendampingi teman yang jadi korban penodongan dengan senjata tajam, dan aku mulai membuat tulisan ini setelah menuntaskan sholat subuh.

Kembali pada perasaanku hari ini yang diolah oleh keadaan dan kenangan dari hari-hari lalu. Tentang perasaanku kepadamu, pada hari lalu bagai bentuk jalan dari kotaku menuju kotamu. Mendaki-menurun, melurus-menikung, dan menyepi-meramai. Karena jalan mesti ditempuh, aku tetap menelusurinya sampai hari ini.

Pernah muncul keinginan untuk mengalihkan perjalanan ke kota lain—kota yang lebih dekat, kota yang lebih hangat. Namun ketika  hampir sampai di kota mereka aku merasa tersasar di dunia yang tidak dikenal, hingga kembali meneruskan perjalanan ini ke kotamu—ke dirimu—hingga hari ini.

Perjalanan ke kotamu—ke dirimu—memang bukanlah dongeng sebelum tidur yang penuh berisi khayalan dan kejadian yang diamini oleh keajaiban. Perjalanan ini berisi pertanyaan-pertanyaan untuk meneruskan langkahnya. Seperti katamu “teka-teki” itu telah aku susun sampai hari ini. Aku telah menyelesaikannya sebelum mengajakmu untuk menghadapi “teka-teki” halaman ke dua.

Hari ini dan beberapa hari lalu, percakapan kita kembali riuh. Dia kembali karena ada yang menjemput dan menyulutnya. Barangkali percakapan itu akan menjadi pencukupan atas segalanya. Pencukupan atas keyakinan dan keberanian. Pada paragraf inilah aku merasa sangat terwakili hingga dapat menjadi pencukupan juga dari keseluruhan tulisan ini.

04.30-05.00/24 Juni 2012

Selasa, 12 Juni 2012

Afternoon Date






Senja itu aku dan Danti mengunjungi pameran ilustrasi di Galeri Padi. setiba disana suasana sepi, wajar saja. hari itu bukan hari pembukaan pameran justru tinggal beberapa hari tersisa. setelah senyum ramah pada penjaga di depan, kami dipersilahkan masuk. rupanya ilustrasi yang ditampilkan tidak begitu banyak namun cukup menghiasi semua sisi ruangan. sepertinya satu artis memberikan 2 buah ilustrasinya. aku mengagumi hampir kesemuanya. ada yang menggunakan pensil, cetak diatas kertas hingga menggambar di post it! aku dan Danti berputar dalam ruang menikmati satu karya dan lainnya. membaca kurasi yang terpampang di pintu masuk, menilik isi buku tamu (ternyata cukup banyak yang datang, mungkin di hari pembukaan pameran). setelah puas kami mengunjungi Selasar Sunaryo yang sialnya kami datang pada hari Senin dan ternyata tutup :( baiklah 'kencan sore' kami pun berlanjut ke destinasi impulsif yang secara tetiba kuusulkan. kemanakah? 

 'kita ke Kineruku yuk Dan?'
'kamu belum, Fan?'
'belum, gak pernah ada teman kesana (alasan :p haha)
'oke yuk kesana sambil tunggu jemput ibuku'
berangkatlah kita ke Kineruku :) Yeay!

Lewat ciumbuleuit ternyata kita, masuk ke perumahan asri yang rumahnya besar dengan taman di depan. Sejuk deh, kalau sepedahan kayanya seru. Sayang jalanannya bikin betis cekot-cekot kalo sepedahan disana. Nanjak semua! Lalu mobil masuk ke sebuah rumah yang dari luar terlihat agak tua khas rumah ‘jadul’ di Bandung. Di muka rumah ada papan bertuliskan ‘Kineruku’. Rupanya ada sebuah lampu seperti sirine sebagai penanda dan pembeda dari rumah – rumah lainnya. Biar gak tertukar dengan rumah tetangga kali yah, hehe. 

Aku lalu mengajak Danti mampir ke Garasi Opa yang terletak disebelah Kineruku. Benar – benar di garasi loh. Tapi tentu sudah dimodifikasi, disulap menjadi sebuat tempat penuh barang –barang antik nan menarik. Yang mencuriperhatianku adalah sebuah telepon kuno, lampu sign Nyonya Meneer berwarna kuning, artwork jadul berbingkai untuk hiasan dinding dan tentu saja kacamata vintage! Puas menikmati atmosfer nostalgia di Garasi Opa, kami melangkah masuk ke Kineruku.




Whoa! Aku beru pernah kesana dan langsung jatuh cinta. Seraya mengutuki diri kenapa tidak dari dulu kesini. Selain kendala transportasi sepertinya tidak ada yang membuat aku berpikir dua kali untuk tidak mengunjungi tempat ini. Buku – buku yang beragam, suasana homey dan hamparan rumput beratapkan langit cerah sore di halaman belakang seperti menyihirku. Tak bosan aku berkeliling dari satu rak buku ke rak lainnya untuk menyentuh buku – buku yang berjejer rapi disana dengan ujung jari telunjukku. Terpekik tertahan saat menemukan buku –buku yang selama ini aku cari dan kemudian bingung setengah mati ketika Danti menawariku untuk meminjam salah satu buku disana menggunakan kartu anggotanya. 

Danti dengan sabar membantuku memilih buku dan memberikan rekomendasi buku-buku bagus yang pernah dipinjamnya disana. Ketika menemukan satu deret biografi Soekarno, Moh Hatta, dan Tan Malaka hatiku kembali gamang. “Bisa nggak adil nih kalau aku cuma pinjam biografi Tan Malaka dan yang lain tidak”, pikirku. Belum lagi aku menemukan buku “Kuantar Kau ke Pintu Gerbang” Kisah Cinta Bung Karno dan Ibu Inggit. Makin pusinglah kepalaku. Lalu teringat sahabatku, Guri, pernah merekomendasikan sebuah buku yang masih kusimpan catatannya di ponselku. 

“Larutan Senja” oleh Ratih Kumala. Baiklah kucoba cari. Ternyata buku Ratih Kumala yang ada hanya satu buah. Berjudul “Tabula Rasa”. Kubalik beberapa halaman awalnya. Menarik, pikirku. Maka aku meminjam buku itu (pada akhirnya) dan Danti meminjam sebuah buku berbahasa Inggris tentang Road Trip. 

Saat aku berkeliling disana, aku berjumpa dengan Mba Theo, kemudian kami berbincang sebentar. Rupanya kata Danti, spot tadi tempat Mba Theo duduk menghadap taman adalah tempat favoritnya tiap ke Kineruku. “dia pernah nge-twit tentang spot itu, Fan”. Wah pantas saja, nyaman sekali sepertinya, hehe. 





Saat membayar buku pinjaman di kasir, aku menggumam kecil mengikuti lantunan Mayer Hawthore dan Payung Teduh yang kebetulan ter shuffle di laptop meja kasir. Sedikit iseng kucari kartu pos di deretan CD music, hingga kutanya pada Mba penjaga kasir (yang cantik sekali seperti Tessa J ) apa mereka jual kartupos. Ternyata ada! tapi dibundel dan berisi beberapa kartu di dalamnya. Oke boleh juga untuk referensi beli kartu selain di Reading Lights, walaupun kuakui di Reading Lights koleksinya lebih banyak pilihan, hehe. 

Maka setelah menenteng buku di tangan aku dan Danti meninggalkan Kineruku untuk menjemput ibu Danti. Sungguh sore yang menyenangkan, tidak hujan dan angin berhembus pelan. Terima kasih Danti atas ‘kencan sore’ nya dan sampai berjumpa lagi, Rumah Buku! 



Senin, 11 Juni 2012

polos

Vi, kini aku tahu siapa aku. Aku dilahirkan sebagai batu tulis kosong. Aku tabula rasa, aku adalah dogma dari aliran empiris dan aku terbentuk dari jalannya hidup. Aku tak pernah menyesalinya. Aku tak menyesali jalanku.

Halaman terakhir dari buku yang kubaca selama kurang lebih 2 minggu itu membuatku merinding. Setelah hanyut dalam cerita kompleks dan memberikan kejutan di setiap bab nya akhirnya cerita Galih, Krasanaya, Violet, dan Raras berakhir pagi tadi. Pagi saat aku membuka mata untuk melanjutkan bacaanku yang tertunda tadi malam. 

Saat halaman makin menipis di genggaman tangan kananku pertanda cerita akan usai entah kenapa aku sedih. Saat baru mulai membaca kembali dan dipertemukan dengan buku karangan Ratih Kumala ini hasrat membacaku seolah penuh. Yang tadinya kosong tak terisi, sekarang penuh bahkan minta diisi lagi dan lagi.