Jumat, 02 Desember 2011

adaptasi

saya selalu mengaku pribadi yang adaptif
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan keadaan
coba dibuktikan dengan situasi yang saya jalani sekarang

intinya adaptasi itu proses
menerima yang tidak bisa didapatkan
mendapatkan apa yang bisa diterima

semoga skill adaptif saya bisa membantu melewati fase ini
semestinya

Kamis, 01 Desember 2011

when it comes to the end

..sedih itu dimaklumi
tapi kok saya masih serasa 'kosong' gini yah? :
paling blah bloh dikit dan mood untuk menulis nya meningkat dengan pesat
ambil hikmahnya ; jadi ada postingan (galau) baru kan? :p

saya gak bohong kok waktu bilang
'bahagia itu sederhana. sesederhana melihat orang yang disayangi bahagia'
walaupun agak berlebihan yah bilang 'orang yang disayangi'
ya abis kan kalo peduli artinya sayang *minta dijitak*

saya kembali lagi ke chapter pengharapan 'time will heal'
and it better works well, then.

life lately

bulan terakhir di tahun ini
semacam countdown untuk ulang tahun ke 21 yang tinggal 3 hari lagi
dibilang excited tidak juga. gak tau harus mengharap kado dari siapa
jomblo dan pertemanan ala group kampus sedang mandek ditengah jalan
sehat dan bisa kumpul dengan keluarga rasanya jadi pilihan utama :)

rariweuh-an di komunitas rasanya semakin menyenangkan
teman-temannya selalu menginspirasi & memotivasi
pesan papah : jangan lupa kuliah, bagi waktu & jaga kesehatan
motivasi pribadi sih simpel; biar sedikit lupa sama 'keadaan'
dan tentu saja priceless momment yang tak bisa tergantikan
serta 'keluarga baru' yang beragam ceritanya :)

kuliah tinggal 3 minggu lagi (katanya)
sekarang susun laporan KKN lalu seminar Job Training kemarin (duh)
yang sialnya belum saya buat laporannya :|
finally meet w/ Ayesha :)
same passion dan berusaha mengurangi kadar kegalauan dengan 'mandi sore bersama' selama masa KKN
sedikit memaksa Caca untuk menemani saya menambah kesibukan
memutuskan untuk mengerjakan project bersama yang saya sangat excited karenanya
semoga berjalan lancar. amien!

sedikit sneak peak dari projectnya :p



be prepared guys *kerling manja* dari Pani & Ayesha hihi

Faces of Bandung #4 : Tita Larasati - Doodle/Graphic Diary Maker “ Sederhana, ringan, merekam momen”

Adalah jodoh ketika saya bertemu beberapa kali dengan sang narasumber di beberapa event belakangan. TUNZA Conference dan TEDxBandung ‘Counting Forward’. Berbekal self esteem tinggi dan kenekatan tiada tara, saya mencoba mengontak Tita Larasati, saya memanggil beliau Mba Tita (padahal murid nya memanggil Bu Tita :p), untuk diwawancara oleh #BandungUnite.

Setelah membuat janji, tibalah di hari selasa yang sedikit mendung namun sejuk, saya bertemu Mba Tita di Kantor Desain Produk FSRD ITB. Wah, langsung masuk ruang dosen bikin hati saya sedikit ciut. Akhirnya setelah mengutarakan sedikit background & maksud dari #BandungUnite , Mba Tita merespon dengan cukup antusias sekaligus spontan bertanya, “Bedanya dengan ITB United apa?” Dan saya coba jawab diplomatis, “ini cakupannya lebih luas, Mba. Bandung secara keseluruhan.” (padahal dalam hati, “jawab apaan ya?”) Awal yang menyenangkan nih, saya pun tanpa basa basi mencoba ‘mengenal’ Mba Tita and her doodles more closely :)

Saat ditanya mengenai kesibukannya, saya pun sepakat bahwa waktu Mba Tita banyak dihabiskan untuk mengajar. Selain itu, ibu multi-tasking ini juga aktif menjadi peneliti dan community developer . Menggambar doodle menurutnya bukan profesi, melainkan sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Simply, doodle yang digambar adalah pilihan highlight kejadian yang dialami di hari itu. Malah cerita polos khas anak-anak yang menggemaskan juga hadir lewat cerita dari tokoh Dhanu & Lindri, kedua anak Mba Tita, "Keluarga, khususnya anak, memang sumber inspirasi saya. Kalau mereka sudah besar, saya akan tunjukkan kepada mereka, begini lho, kenakalanmu dulu," ungkap Mba Tita seraya tertawa.

Pecinta bambu dan sepeda yang hobi gambar sejak kecil ini bertutur bahwa awal mula doodle ini terkumpul ketika magang di Jerman tahun 1995. Perempuan bernama lengkap Dwinita Larasati ini mengirim kabar pada orangtuanya melalui gambar doodle yang dikirim lewat mesin facsimile. “Jaman itu, internet belum musim.” Kemudian ibu Mba Tita mengumpulkan gambar-gambar tersebut dan di’sebarluaskan’ ke saudara, teman dan keluarga. Saat itu gambar Mba Tita bahasanya ‘gado-gado’. Ada bahasa Inggris, Indonesia, Jerman dan Belanda. Setelah menuai protes dari teman-teman di Jerman, akhirnya sekarang doodle dibuat dalam versi bahasa Inggris. 

Buku dengan format graphic diary ala Mba Tita yang lahir pada 28 Desember 1972 itu, pertama kali terbit di Harlem, Belanda. Ketika itu Mba Tita yang sedang tinggal disana mengikuti festival komik . Saat itulah karyanya mulai diekspos, namun belum dalam format buku, melainkan berbentuk pameran. Keikutsertaan gambar Mba Tita juga sampai kepada momen gempa di Jogjakarta silam, ketika beberapa seniman bersatu dan membuat karya antologi (kumpulan gambar dalam satu buku) dan hasilnya disumbangkan kepada korban gempa. Event 24 hours Comics bertempat di Amsterdam juga menghantarkan doodle Mba Tita yang kemudian diluncurkan di Amerika. Tahun 2007 Mba Tita juga menggelar pameran DI : Y di Jakarta. 

Adapun tahun 2008 menjadi momentum bagi peluncuran buku perdana yang bertajuk CURHAT TITA yang diterbitkan oleh CAB (Curhat Anak Bangsa) publisher. Dicetak sebanyak 1500 eksemplar dan dicetak ulang ketika respon pembaca bagus. Ternyata buku jenis ini punya ‘pasar’ nya sendiri. Justru ‘ketidaklaziman’ inilah yang mendapat tempat di hati pembaca. Disaat pada era itu komik Indonesia masih sangat bersaing dengan komik Jepang (manga). Sampai sekarang buku Mba Tita sudah berada pada buku keempat. Semua dalam format graphic diary. Saat ditanya apakah Mba Tita pernah menggambar doodle selain curhat sehari-hari, beliau menjawab “fiktif? Pernah. Waktu Goethe ngadain lomba komik dalam rangka piala dunia jadi temanya tentang bola. Hehe”

Untuk yang baru mulai tertarik bikin doodle, Mba Tita punya tips nih. “doodle itu merekam yang dicatat” apa yang dialami, pilih satu highlight dan gambarkan. Simple kan? Karena doodle memang sebagai sarana informasi dan komunikasi yang gampang diserap. Selain itu graphic diary juga lebih untuk dikenang, nostalgiaan kalau dilihat di masa depan.

Tanggapan Seno Gumilar untuk karya Mba Tita juga memang langsung kepada ‘roots’ atau akarnya membuat doodle. Karya sederhana yang ringan dan merekam kelakuan/momen. Mba Tita ini kemana-mana bawa buku diary nya loh. Saya juga sempat diperlihatkan & mengintip sedikit isinya. Buku bersampul kulit warna hitam polos yang lumayan tebal dan tidak bergaris pada bagian halamannya alias polos. Disaat ada waktu luang, Mba Tita dipastikan ‘corat coret’ di diary itu. Uniknya memang semua gambar tidak diwarnai dan hanya menggunakan pulpen. “Dulu sih pernah coba diwarnai, tapi dengan kesibukan sekarang sepertinya gak sempat.” begitu menurut Mba Tita.

Sejumlah seniman gambar yang menjadi inspirasi bagi Mba Tita diantaranya adalah Eddie Campbell, Marjan Satrapi dan Craig Thompson. Walaupun masih asing di telinga saya, (thanks to Google) setelah ditelusuri mereka adalah illustrator, komikus dan pembuat graphic novel kelas kakap alias canggih pisan! Jadi ikutan nge fans nih saya, hehe. 

Yang juga seru adalah setiap tahun bertepatan dengan ultah CAB, tanggal 7 November selalu diadakan kegiatan membuat graphic diary selama 7 hari berturut-turut! Wow! Para pastisipan bisa mengirimkan link gambar mereka yang sudah diupload dan akan dibantu share oleh  website SEVEN . Bahkan juga ada closing dengan kegiatan workshop. Event kece bagi para ‘pencoret-coret’ alias doodle maker ini berlangsung sejak 2008. Kita lihat saja keriaan apa yang akan disuguhkan kembali di tahun ini :) asiknya gak semua yang ikut jago menggambar loh, bahkan ada yang minta ‘digambarin’ dan ada seorang suami yang minta dibuatkan gambar untuk mendiang istrinya. Bikin terharu deh. Intinya banyak kejadian seru lah selama 7 hari tersebut. 

Sama kayak saya yang excited berat dengar penuturan dari Mba Tita siang itu. Dengan cepat saya melirik jam di tangan kiri dan memutuskan untuk menyudahi interview kala itu. Disebelah saya sudah menunggu sesosok mahasiswa yang sepertinya ingin bimbingan dan alhasil dia menunggu saya berceloteh bersama Mba Tita. Hehe. Last question, saya wondering apa sih Good & Bad nya kota Bandung ini menurut Mba Tita.. 

“Good nya Bandung punya potensi komunitas kreatif dalam jumlah banyak. Bad nya pemerintah dan infrastruktur tidak mendukung.”

Setuju banget, Mba! Kemana-mana kayanya juga orang Bandung mah selalu kreatip, pake P. masih banyak kepedulian dari warga Bandung untuk menciptakan keunikan & sesuatu yang berbeda. Aneh dan nyeleneh di Bandung itu lumrah. Well, begitu pula dengan keunikan doodle khas Mba Tita yang selalu saya kagumi. Nekat kadang ada hikmahnya loh. Kenekatan itu sukses mengantarkan saya bertemu dengan salah satu idola saya, yaitu Mba Tita.




Terima kasih banyak atas kesediaan diganggu disela-sela kesibukan mengajar dan diajak ngobrol selama kurang lebih 45 menit. Sukses selalu untuk segala kegiatan dan terus menggambar ya Mba Tita :)

Bandung Berkebun setelah Euphoria Tunza Conference 2011

Sepekan lalu, saya menghadiri kumpul penutupan dan evaluasi Tunza di Galeri Padi. Tak hanya penggiat Bandung Berkebun awal, namun juga seluruh volunteer yang sudah menjadi bagian dari keluarga Bandung Berkebun.
Di pertemuan itu Mba Cici (Aryani Murcahyani) selaku Bandung Berkebun Founder menyampaikan materi tentang “apa yang akan kita lakukan after Tunza?”

Setelah euphoria Tunza, kita harus kembali ke awal. Kembali menjadi pekebun slash petani urban yang menggarap kebun di Sukamulya. Bahkan sekarang tugas bertambah dengan mengurus tanaman di sepanjang jalan Tamansari dan Siliwangi yang telah ditanami saat kegiatan Street Farming Tunza kemarin.
Konsep Urban Farming kembali diingatkan oleh Mba Cici, dimana pemanfaatan ruang kosong perkotaan untuk ruang terbuka hijau yang bersifat edukatif dan rekreasi merupakan tujuan dari aktivitas Bandung Berkebun.

Edukatif karena melalui berkebun ‘masyarakat kota’ yang ‘terlihat’ pintar ini masih bisa mendapat sisi edukasi dari kegiatan yang ‘terlihat’ hanya sekedar menanam dan ngebon ini. Susah-susah gampang lah istilahnya untuk mengurus sebuah tanaman apalagi sepetak lahan. Dibutuhkan ilmu, at least pengetahuan tentang mengurus tanaman agar tanaman yang sudah kita tanam dapat tumbuh sempurna dan akhirnya dapat diambil hasilnya. Tapi tenang, tidak sesulit itu kok. Apalagi kalau dikerjakan bersama-sama. Saya merasakan pengalaman menanam di Rooftop sabuga kemarin tidak terlalu sulit, in fact menyenangkan. Kulit tersentuh cahaya matahari, tangan tidak ragu berkotor dengan tanah dan melihat tanaman dapat tersusun dengan cantik di instalasi rasanya membayar segala lelah kala itu.

Sisi edukasi juga bisa dilihat dari partisipasi beberapa TK dan SD yang sudah menjadi ‘partner’ Bandung Berkebun. Sekolah-sekolah tersebut bahkan memasukan kegiatan berkebun ini dalam kurikulum mereka. Antusiasme para adik-adik ini tidak usah diragukan. Mereka sangat gembira karena bisa bersama-sama berkegiatan di ruang terbuka, merawat tanaman dan kemudian menjadi bagian dari keseruan panen. Saling bahu-membahu untuk merawat lahan bersama kawan, kakak penggiat dan para guru. Keceriaan yang priceless, menurut saya.

Rekreasi di kota yang sepertinya mustahil, idealnya bisa dilakukan. Karena ternyata di kota banyak lahan terbengkalai. Saat ini Kota masih ‘dianak-tiri-kan’, warga pesimis kota dapat dijadikan tempat yang aman dan nyaman untuk berkegiatan, apalagi berkebun. Pemahaman yang seperti ini lambat laun harus kita bantah.

Inti dari konsep Urban Farming ada 3, yaitu Ekologi, Edukasi dan Ekonomi. Untuk poin terakhir yaitu ekonomi, sayangnya sekarang masih belum maksimal untuk Bandung Berkebun sendiri. Hal ini dikarenakan untuk menjadikan hasil kebun sebagai komoditi pasar, dibutuhkan tanggung jawab lebih dan komitmen dalam memastikan kualitas dan kuantiti mencukupi permintaan pasar. Semoga kedepannya Bandung Berkebun secara bertahap dapat mewujudkannya :)

Sebagai warga Bandung ada baiknya kita mengenal Problem sekaligus Potensi kota Bandung. Diantaranya adalah :

Problem :
-1. Kurang ruang terbuka hijau. Hanya 6% dari luas kota Bandung yang menjadi ruang terbuka hijau seperti taman dan public space. Idealnya berada di angka 30%.
-2. Kurang ruang terbuka public dengan pemanfaatan children playground atau plaza. Seandainya banyak children playground di ruang public, para orang tua pasti lebih senang mengajak anak-anak ke playground dibandingkan ke mall 
-3. Ruang kota terbengkalai

Potensi :
-1. Morfologi kota yang ‘akrab’ (relative dekat kemana-mana)
-2. Gudangnya komunitas – komunitas kreatif
-3. Kota produktif. Kenapa disebut produktif? Menurut Mba Cici, di Bandung masih memungkinkan bagi orang yang memiliki pekerjaan atau kegiatan yang sifatnya non profit. Saya juga setuju dengan hal ini. Bandung memiliki ‘multitasking people’ yang care terhadap ‘pergerakan’ diseputar kota Bandung.

 Setelah lebih mengenal Problem & Potensi kota Bandung, semoga kita sebagai warga kota lebih aware dan peduli dengan keadaan sekitar sekaligus issue yang sedang berkembang di masyarakat. Setelah aware ada baiknya mulai berbuat sesuatu untuk ‘perubahan’. Terdengar berat ya kalau melakukan sesuatu untuk perubahan?

Lakukan yang paling simple dulu yang bisa kita lakukan. Jaga kebersihan, support local movement, sebarkan informasi baik dan lebih aktif menyuarakan pendapatmu :)
Salah satunya lewat Bandung Unite. So, Tunggu apa lagi?

Faces of Bandung #3 : Marnala Eross “Stage Photographer : bukan profesi, tapi predikat!”

Berawal dari kecintaan saya pada sebuah Band bernama Hollywood Nobody, bukan suatu hal  yang aneh ketika akhirnya saya juga ‘jatuh cinta’ pada sang fotografer yang senantiasa mengabadikan setiap penampilan apik Hollywood Nobody kedalam rangkaian gambar yang sungguh sulit untuk diabaikan keindahannya. 

Perkenalkan seorang mahasiswa multi-tasking yang juga merangkap sebagai jurnalis/reporter fotografer untuk Gigsplay, music director untuk GigsonSky, manager band The Black and Dangerous dan fotografer untuk band kesayanganku; Hollywood Nobody.. Marnala Eross Simanjuntak. Dengan marga simanjuntak dibelakang namanya sudah bisa ditebak Eros berasal dari ranah Sumatra Utara. Mahasiswa tingkat akhir Fikom Unpad 2007 Unpad ini akhirnya bersedia saya ‘kulik-kulik’ perihal Stage Photographer pada selasa malam  bertempat di Common Room.

Awal mula Eros menekuni hobi fotografi bisa dibilang unik. Berangkat dari menjadi penikmat musik dan gigs, sampailah kepada titik dimana pria ini tergelitik untuk ‘naik satu level’ dari penikmat menjadi pendokumentasi alias mengambil gambar dari gigs yang dikunjunginya. Masih sangat lekat dalam ingatan, ketika SORE menjadi band pertama yang diambil gambarnya di acara PMKT HI Unpar tahun 2009. Alasannya? Karena Eros suka benget sama SORE. Simpel. Hehe :D

Pertama kali pegang kamera ya pas motret SORE itu. Walaupun ada mata kuliah fotografi di kampus, tapi gak minat. Ketemu ‘jodohnya’ ya di gigs. intinya “learning by doing”. Gak pernah tuh ada sejarahnya latihan ngulik ngulik sebelum motret. Semuanya pure insting dan pake feeling. That’s why menurut pria berpostur tinggi besar ini, PASSION sangat memegang peranan penting. Menangkap momen yang memiliki ‘nyawa’ gak akan didapatkan dengan sekedar menjepret sana sini. ‘Pesan’ yang disampaikan foto itu baru maksimal ketika si fotografer memang mendedikasikan bidikan lensanya untuk menangkap euphoria keriaan menikmati musik. Ketika menyadari musik dan fotografi adalah passionnya, Eros memadukannya dalam satu kegiatan yang menurut saya sangat menarik, Stage Photograpy!

Stage dan Photography. Yang terlintas adalah memotret di panggung. Sebenarnya apa sih yang menjadikan profesi ini menarik? Karena perkembangannya yang pesat bahkan di tahun 2011 ini. Menurut Eros, sekarang sudah banyak penonton gigs yang membawa serta kamera mereka dan tak ragu mendekat ke bibir panggung untuk menjadi ‘stage photografer’ minimal untuk dirinya sendiri :p hehe. 

Karena kalau sudah menyangkut profesi, Eros dengan tegas berpendapat bahwa untuk mendapatkan predikat ‘stage photographer’ dibutuhkan konsistensi lebih dari profesi kebanyakan.  “ketika misalnya seseorang menjadi manager, maka saat itu juga ia akan disebut manager. Baik itu di awal, maupun 5 tahun kedepan. Beda dengan fotografer. Setelah sesorang menekuni & konsisten di jalur stage fotografi ini, itulah yang menjadi tolak ukur seberapa ‘layak’ ia dianugerahi predikat fotografer.” Hitungan 10 tahun keatas baru bisa dibilang konsisten. 

“Stage Photographer bukan profesi, tapi predikat!”

Begitu eros mengoreksi julukan yang saya kira merupakan ‘profesi’. Saya pun seketika setuju. 

Di Indonesia sendiri stage fotografer sudah ada sejak lama bagi penggiat fotografi yang memang berkecimpung di dunia jurnalistik. Stage Photography menjadi suatu hal yang terdengar ‘awam’ namun mulai terdengar gaungnya khususnya di kota seperti Bandung & Jakarta seiring meningkatnya frekuensi gigs di kota-kota tersebut.

Keterlibatan Eros menjadi fotografer Hollywood Nobody juga menjadi bukti bahwa  ‘jodoh-tak-lari-kemana’. Minimnya frekuensi Hollywood Nobody tampil di khalayak pada awal berkarir tak menyurutkan tekad pria ber knowledge musik luas ini untuk mendaftarkan diri menjadi fotografer ketika membaca tawaran posisi tersebut di page facebook band favorite nya itu. Terhitung Maret 2010 Eros resmi menjadi fotografer Hollywood Nobody dan langsung mengemban tugas mengabadikan momen Hollywood yang menjadi opening act konser Kings of Convenience kala itu di dua kota sekaligus, Jakarta dan Bandung. Adapun bisa bertatap muka dengan vokalis KOC, Erlend Oye, juga merupakan salah satu pengalaman berkesan bagi Eros. 

Bandung Berisik juga menjadi momen seru bagi Eros. Dengan excited Eros bercerita bahwa tepat di saat akan berkegiatan di bandung Berisik, ia menderita sakit telinga. Padahal as we all know, pagelaran musik  cadas tersebut dapat dipastikan menyuguhkan suara berdesibel tinggi alias ‘keras’ di telinga. Sepasang headset menjadi ‘tameng’nya kala itu J belum lagi suasana media pit yang ramai akan sesama fotografer, media, polisi bahkan alay sekitar yang menjadi pengunjung tumplek-plek disitu. Alhasil tanpa pikir panjang ketika ada kesempatan, Eros cuek naik ke stage dan mengabadikan beberapa momen diatas panggung :)

Gelaran Java Rocking Land tahun 2011 ini juga meninggalkan kesan yang lekat bagi Eros. Bisa dibilang hari itu ketahanan fisik dan mental Eros diuji. Bayangkan, sampai di Jakarta subuh, jam 6 pagi sudah kembali lagi ke Bandung untuk kepentingan foto session Hollywood Nobody, lalu jam 2 siang menyambangi The Black and Dangerous yang tampil di event Keuken di Cikapundung. Tanpa ba-bi-bu kembali lagi ke JRL lalu tiba jam setengah 10 malam untuk menonton performa band yang sudah diincar Eros, Happy Monday. Besoknya? Tepar! Lelah sekaligus amazed  bisa sukses menunaikan semua ‘tugas’ di hari itu.

Diberikan amanat menjadi Official Photographer untuk Mocca dalam Last Show nya di Jakarta, masih merupakan kebanggan tersendiri bagi Eros untuk menjadi bagian dari ‘sejarah’ karir band asal Bandung ini. Mengabadikan setiap momen mulai dari rehearsal hingga detik mengharukan perpisahan ‘sementara’ yang membuat sejumlah foto yang dihasilkan sarat dengan intimasi dan kenangan.

Ditengah serunya perbincangan, Eros mengungkapkan kekagumannya pada seorang stage photographer internasional bernama Brantley Gutierrez.  Gutierrez tidak menjadi stage fotografer official band manapun, tapi karyanya yang ‘breath-taking’ mampu membuat banyak band jatuh hati pada hasil fotonya yang selalu memiliki soul dengan kamera analognya dan membuat ciri khas tersendiri. Sebut saja Incubus yang menjadi ‘langganan tetap’ Gutierrez. Bahkan di umurnya yang masih relatif muda, early 30, Gutierezz sudah merambah dunia videographer. Satu kata yang terucap lepas dari Eros adalah EPIC! Buat Eros, kalau sampai dia sudah bilang EPIC, berarti ‘sakit’ itu foto. Super ber’nyawa’. Dan lately, Eros menjadikan Gutierezz sebagai salah satu referensinya.
Di Indonesia sendiri, salah satu kawannya, Dimas Wisnuwardono, fotografer The Trees and The Wild menjadi favorit bagi Eros. Dimas mampu membuat ‘image’ TTAW menjadi seperti sekarang :)
 
Mimpi yang belum terwujud bagi Eros adalah sebuah kamera. Wait, fotografer yang belum memiliki kamera? Gimana ceritanya? Saya pun kagum mendapati kenyataan bahwa selama ini Eros berkarya menggunakan kamera ‘pinjaman’. Tapi demi apapun, bagi saya itu jadi pecut tersendiri bagi kalian, pembaca diluar sana, termasuk saya.  “gak punya kamera gak jadi halangan, bahkan Bemby, drummer dari band favorite gue, SORE, gak punya drum.” Well, dalam hati saya berujar, “sakit nih eros. ini baru namanya gak ada yang gak mungkin.” 

Suka Duka menjadi Stage Fotografer dijawab dengan diplomatis oleh Eros,
“sukanya bisa kenal banyak orang, karya di publish dan ketika ada orang yang suka, itu kepuasan tersendiri. Bahkan gue prefer orang ngomenin, suka sama karya gue daripada di publish”

“dukanya? Gak ada!” haha memang susah juga bertanya duka pada profesi yang didasari oleh passion. Semua dibawa enjoy dan menyenangkan :)

Ketika saya bertanya adakah perngaruh kota Bandung terhadap profesi Stage Photographer ini, Eros menjawab Bandung masih kurang penyelenggaraan gigs dan venue yang memadai. Singkatnya, fotografer kurang wadah.

“kalau pengadaan venue gigs masih minim, otomatis gigs juga dikit dan makin sempit wadah stage photographer buat berkarya”

Couldn’t agree more :)

Target Eros, mau tetap foto sampai umur berapapun, selama passion itu masih ada. Untuk perkembangan Stage Photographer sendiri, Eros tidak merasa itu sebagai suatu persaingan. Malah saling belajar sekaligus makin banyak teman untuk sharing :) bahkan sekarang sudah ada @stageID dimana teman teman Stage Photographer bisa berkumpul, berbagi ilmu dan cerita dunia foto panggung

Dan tidak terasa saya sudah berbincang dengan Eros selama kurang lebih satu jam. Lumayan ‘memakan’ waktu walaupun saya selalu lupa waktu kalau berbincang dengan sosok yang saya kagumi, termasuk si Eros ini. Hehe. Jabatan tangan dan ucapan terima kasih yang bisa saya berikan atas kesediaan Eros meluangkan waktunya untuk berbagi dan menginspirasi saya malam itu.

Selamat menikmati karya Eros di http://www.flickr.com/photos/marnalaman/
 Erlend Oye dan Ricky White Shoes and The Couples Company

 Hollywood Nobody

 Arina Mocca dalam Last Show Concert


  Bandung Berisik 2011

  Eros @marnalaman
Sukses untuk segala kegiatan lo, yah Ros! Berjumpa di gigs selanjutnya!

comeback!

*kibas kibas sarang laba-laba*
akhirnya setelah sebulan di Desa Lamajang (KKN) saya kembali lagi.
actually harus ngurusin Bandung Unite juga sih :|
ternyata maintanance project itu lumayan sulit. butuh komitmen yang kuat.
baiklah satu satu, sedikit demi sedikin dicoba.
posting berikutnya masih hasil copas dari tulisan saya di Bandung Unite yah :)
diusahakan membuat tulisan baru.
Cheers!

Kamis, 13 Oktober 2011

Faces of Bandung #2 : Dena & Tely - @itweetb "Kami hanya Mahasiswa Biasa'"

adalah seorang sosok yang secara personal saya kagumi. bukan karena saya merupakan adik kelas semasa SMA, namun karena kemampuan pria asal Tangerang berumur 22 tahun ini dalam mengolah 140 karakter dengan sangat 'berkarakter'. ketika akhirnya saya mengetahui bahwa narasumber merupakan founding father slash admin sebuah akun bernama @itweetb bersama seorang sahabat, Fately, maka saya langsung bertekad untuk mengungkap sisi seorang admin akun popular dari ITB dengan jumlah 9130 followers ini. Perkenalkan sosok yang juga menjadi partner saya menonton beberapa gigs di kota kembang ini, Dena Pratama Putro.

mengambil tempat dikosan narasumber, tanpa babibu saya secara santai menanyakan apa yang tengah menjadi kesibukan fresh graduate Farmasi ITB angkatan 2007 ini.
"kuliah program profesi apoteker,sih. beres lulus kemaren, gue langsung masuk kuliah lagi dan belom semepet liburan"
waah saya cuma senyum senyum dalam hati. saya selalu suka sama pembawaan Dena ini, tenang dan suaranya cenderung satu nada aja. tapi begitu saya gelontorkan pertanyaan inti mengenai 'profesi' nya, mulai terdengar naik turun intonasi pertanda saya pasti akan lupa waktu dalam sesi wawancara ini :p

sejarah lahirnya akun yang didirikan tanggal 20 Mei 2010 berawal dari keberadaan akun kabinet @KM_ITB yang dirasa hanya sebatas 'agenda' kabinet aja. kaku dan belum mengungkap sisi lain mahasiswa ITB itu sendiri. kemudian dengan boomingnya akun semacam @jokeefisien, Dena & Tely yang merasa mahasiswa biasa (harus di bold karena ini inti dari 'kelahiran' @itweetb) ini mencoba mengungkap sisi kampus dari kacamata mahasiswa biasa tersebut. intinya 'anak itb yang melihat anak itb lah'
wuih sedaaap ye?

dengan konsep awal yang ringan, celetukan dan 'generalisasi' subyektif tapi povokatif, akun ini sukses menggaet follower awal sebanyak 1000 follower. ketika pada suatu momentum seorang follower bertanya tentang letak salah satu ruang kuliah dan berhasil dijawab dengan memuaskan (simply karena admin pernah kuliah di ruang itu juga) hal tersebut menimbulkan pemahaman baru dikalangan follower.

bahwa gak hanya untuk mengeneralisasi keadaan sekitar lingkup itb dengan sarkastif & pars pro toto secara jenaka, @itweetb menjadi wadah untuk berbagi info yang sadar gak sadar penting & jadi kebutuhan mahasiswa. makin banyak yang nanya seputar kegiatan kampus (jaman itu belum banyak unit yang punya twitter) KTM ilang sampe info razia!

menyadari Bio merupakan langkah awal yang merepresentasikan sebuah akun, maka dibuatlah bio yang sekarang berbunyi :
Seputar lika-liku kehidupan di ITB. Non-profit, sedikit informatif, sarkastif & pars pro toto. Mention kami untuk kami sebarluaskan berita & cerita kalian :)

dirasa cukup mewakili pesan dari kedua mahasiswa biasa ini sepertinya..

namun pergeseran idealis awal (dari 'generalisasi' keadaan sekitar menjadi lebih follower friendly) tidak dirasa menjadi suatu pengkhianatan, karena setelah melalui pergolakan batin, kedua cowok kece ini sepakat bahwa @itweetb menyampaikan apa yang bisa disampaikan. bukan untuk memikat hati follower tapi kepada kembali pada kaedah 'media informatif' namun tidak kehilangan ciri khasnya :)

sampai ketika admin memutuskan untuk mengungkap jati diri pada lebaran 2010 (silakan cari sendiri di kalender itu tanggal berapa :p) hasilnya? admin merasa tidak ada perubahan yang signifikan tuh. jadi selepas mengungkap identitas, kedua pemuda ini menjalankan kehidupan sebagaimana mestinya (mesti makan, belajar dan nge twit :p)

beberapa peristiwa gonjang ganjing yang cukup mengangkat eksistensi akun @itweetb diantaranya adalah :

- sengketa parkir ITB yang menggusur kelangsungan akang akang petugas parkir yang kemudian digantikan oleh ISS System. isu ini lumayan mencuat ke ranah publik dengan 'besarnya kekuatan manusia bersatu di dunia maya' menghasilkan kepedulian terhadap nasib para petugas parkir dan membuat donasi untuk mereka.

- kepala babi yang digantung dan aksi pembakaran di wilayah ITB sukses membuat deretan tweet @itweetb yang memberi kabar seputar kejadian menghebohkan ini dimuat dalam detik.com (dengan menyantumkan sumber tentunya)

semua kejadian tadi Dena anggap sebagai sebuah berkah tersendiri. jadi bisa melihat kejadian dari berbagai perspektif dengan 'limpahan' tanggapan dari orang-orang sekitar.

adapun pencapaian tersendiri didapat oleh Dena & Tely ketika berhasil mewawancarai pengisi acara "60 tahun Teknik Fisika" November 2010 dimana jodoh & keberuntungan mneghantarkan mereka untuk menyelinap ke backstage dan sukses berbincang santai namun sarat makna sambil livetweet hasil interview dengan beberapa personil Baby Eat Crackers, Naif dan White Shoes and The Couples Company.

"gila, bagi Tely atau sebagian orang mungkin pengalaman itu terdengar biasa aja. tapi buat gue bisa ngobrol, ngerokok bareng Ale WSTCC sambil berbagi pesan untuk 'melestarikan film lawas Indonesia' & sharing filosofi hidup jadi momen yang paling gak terlupakan."

*dalem hati, 'gue ngerti banget den. gue juga rela kayang buat bisa kayak gitu' (pertanyaannnya; kenapa kayang? haha)

ketika saya angkat topik fenomena berkembanganya SOCIAL MEDIA yang lagi marak di masyarakat, Dena dengan bijak menanggapi bahwa SOCMED merupakan 'perpanjangan tangan' dari informasi yang ada disekitar. intinya dengan maraknya 'melek sosmed' di masyarakat merangsang curiousity untuk lebih cari tau info yang mereka dapet di media. simply dengan nge tweet 'semoga teman-teman di Bali gak kenapa-kenapa' mendorong si pembaca informasi untuk cari tau, minimal googling tentang apa yg memancing rasa ingin tau mereka. saya setuju banget sama Dena soal poin ini :)

namanya jadi ADMIN, pasti ada suka dukanya. Dena agak mikir sih untuk pertanyaan ini. basicly dia merasa gak ada dukanya.
well, sukanya Dena kerap merasa 'lucu' karena merasa "we started nothing" dan ada beberapa tanggapan berbau 'protes' atau bisa dibilang 'nyela'. tapi seimbang juga sama yang dukung. jadi 'protes protes kecil' itu justru yang jadi 'percikan' for spiced up the situation :)
dukanya masih ada yang salah persepsi dengan pikir kalau kedua admin truly mewakili ITB, padahal mereka sangat concern bahwa jangan sampai follower berekspektasi tinggi pada mereka yang sangat ingin meluruskan konsep 'mahasiswa biasa' ini. kata Dena sih, daripada berharap yang oke-oke ntar kecewa (wah bisa diterapkan pada kasus asmara juga nih :p)

ketika ditanya tentang mimpi yang belum terjuwud lagi-lagi Dena merasa dari awal gak ada satu goal tersendiri tentang akun ini. maka saat itu juga (secara spontan) dia menentukan 'jadi pembicara di khalayak umum kampus dengan mengangkat @itweetb' adalah mimpi yang tertunda!

pembicaraan yang seru adalah karena sepanjang sesi interview ini Dena juga menyadari beberapa inti dari kehadiran @itweetb sendiri, dimana @itweetb sesungguhnya adalah mereka berdua (Dena & Tely). ketika tiba saatnya mereka lulus dan akan meninggalkan ITB, belum terpikir untuk menurunkan kepada generasi selanjutnya. "kalau bukan Dena & Tely ya bukan @itweetb"

disini jelas bagi saya bahwa komitmen awal tetap tertanam di benak mereka. berapapun jumlah follower maupun eksistensi akun bukanlah segalanya. tapi 'jiwa & ciri khas berbagi informasi dan generalisasi ala Dena & Tely yang menjadi 'akar' dari akun @itweetb'

dua jam mengalir tak terasa bagi saya dan sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat dan sentausa mengantarkan kepada pertanyaan terakhir sekaligus menutup sesi wawancara malam ini.

Apa Good & Bad Kota Bandung di mata Dena?

Goodnya 'segala yang bisa lo cari itu ada, karena Bandung itu kecil. contoh musik'
Badnya ' keberadaan gank motor yang meresahkan dan problematika jalan rusak yang gak beres-beres'

well seperti prediksi awal, walaupun berwajah & bersuara datar, saya tetap bisa merasakan gejolak antusias seorang Dena dalam memaparkan profesinya sebagai "Admin @itweetb"

ah salam hangat dari saya untuk Dena & Tely. semoga sukses dan selalu berbagi kepada teman-teman ITB maupun siapa saja yang haus akan informasi yang juga menginspirasi dengan kelakar yang khas anak muda :) (berikut kegalau-an nya. Ahey!)

tak lupa saya ingatkan untuk follow @itweetb dan simak itumblrb.tumblr.com untuk mengenal lebih dekat dengan sosok Dena @deppt dan Tely (apaan yah akun twitternya Tely? tanya Dena aah~)

Salam jabat erat bagi dua mahasiswa biasa yang (bagi saya) luar biasa!


dena & tely

Rabu, 12 Oktober 2011

Faces of Bandung #1 : Adis - Whatever Backpacker 'from passion to full time traveler'

agak lucu sedikit flashback ria gimana akhirnya saya dan narasumber berikut akhirnya bisa saling mengenal dan menjadi teman seperti sekarang. kita sekampus, satu gedung walau beda jurusan. saya yang kadang melintas di depan kelasnya cuma bergumam dalam hati 'ooh itu yang namanya Adis'. sampai suatu ketika saya dan dia sama sama lolos 650 besar Aku Cinta Indonesia yang diselenggarakan oleh detikcom. dan cuma kami berdua dari kampus yang lolos. saya langsung berusaha menghubungi dia. singkat cerita, Adis lolos menjadi 60 besar terpilih untuk membawa nama ACI menyebarkan misi 'cinta indonesia' nya dan saya sampai sekarang setia mensupport apapun yang bisa membantu. karena satu yang pasti, saya tau dia tidak setengah-setengah menggapai passionnya, traveling. which is saya yang kuliah travel aja belum se passion itu.

setelah membuat janji beberapa kali, sukseslah saya dan adis berbincang santai sore hari tadi. mengambil tempat di ZOE, saya terjebak dalam keseruan pria berumur 21 tahun ini dalam menuturkan kisah perjalanannya :)

adis mantap menjawab 'full-time traveler' ketika saya bertanya 'apa profesi anda sekarang'. well agak berat yah, tapi mengingat pemuda berwajah jenaka ini belum lama memutuskan untuk cuti kuliah demi menjadi 'petualang' ACI, saya sepakat dengannya.

wait! cuti kuliah? gimana ceritanya?
betul, dikarenakan untuk mengikuti rangkaian perjalanan ke Lombok NTB bersama teman satu timnya (terditi dari 3 orang) Adis meminta kepada pihak kampus untuk ijin tidak kuliah selama rentang waktu tersebut. kekecewaan tak terelakkan dikala pihak kampus (yang notebene adalah sekolah pariwisata bandung) yang seharusnya mendukung penuh, dengan berbagai pertimbangan manajemen memutuskan tidak dapat memberi ijin tersebut. maka pilihan 'cuti kuliah' yang diambil Adis.

well, saya sendiri masih sedikit tercengang dengan keputusan itu. tapi saya yakin, Adis sudah tahu pasti segala kemungkinan dari pilihan tersebut. saya rasa, saya hanya belum 'senyali' itu :p

sejak kapan Adis menjadi traveler? dia menjawab dengan pasti, "kalau backpacker 27 januari 2011 dengan destinasi pertama Thailand" tambahnya, 'traveling sih dari kecil. pulang kampung juga traveling kan?'
benar juga, batin saya. waw saya kontan bertanya. pertama kali travel keluar negri dan sendirian pula. kok bisa??

adis kemudian menjelaskan awal ketertarikannya menjadi backpacker.
menurutnya kebosanan tingkat akut ketika libur kuliah mendorong hasrat adis yang gak bisa diam dirumah untuk menjelajahi keindahan alam diluar sana. salah satu proses pencarian jati diri juga,menurutnya. dengan traveling dia merasa jadi diri sendiri, dimana lingkungan baru yang ia singgahi menerima dia apa adanya, belajar survive dengan kondisi apapun bahkan mengenal lebih dekat kearifan lokal.

saya tertegun, kearifan lokal? baru denger nih backpacker nubie (baru satu tahunan) tapi udah 'nyemplung' dan care banget sama kearifan lokal. penasaran, saya 'korek' lebih dalam.

ternyata perjananan backpacking terakhirnya ke Kalimantan menumbuhkan kecintaannnya pada aspek penting yang kerap dilupakan para pelancong. local community.

menurutnya berbincang langsung dan menjadi bagian dari suatu daerah lebih memiliki value added yang tak ternilai. dimana bisa mendengar langsung informasi akurat dari sumber masyarakat yang mengenal betul destinasi tersebut, menjadi bagian dari lifestyle pemuda pemudi disana (termasuk kumpul minum roso-roso. bukan mabuk tapi tetep asyik)dan menganalisa potensi pariwisata dari kacamata masyarakat lokal.

kembali ke ACI. adis mengaku baru tahun ini ia mencoba peruntungan dengan motivasi jalan-jalan gratis, mengeksplore indonesia dan gak lupa mengincar hadiah 100 juta :p
pemuda yang melingkarkan tubuhnya dengan bendera indonesia saat interview dengan pihak ACI ini mengungkapkan tertanggal 28 Okt 2011 dia berangkat, ia ingin mendokumentasikan perjalanannya tak lupa menikmati & menyatu dengan alam.

salah satu pengalaman tak terlupakan selama traveling selain menyatu dengan local community di Kalimantan adalah bisa menginap di kamar tempat shooting film "the beach" Leonardo Di Caprio! serasa jadi bintang film semalam!

adapun mimpi yang belum terwujud adalah Adis ingin mengunjungi 50 negara sebelum berumur 25 tahun. hal ini dibuktikannya dengan menambah deret perjalanannya dengan rencana mengunjungi negara negara South East Asia setelah menunaikan tugas dari ACI.

well semoga terwujud dan tidak lupa kembali ke bandung untuk berbagi cerita dengan teman-teman disini yah Dis :)

terakhir Good & Bad kota Bandung menurut adis adalah Bandung tempat yang nyaman untuk tinggal, namun masih kurang fasilitas beckpacker seperti penginapan murah dan belum ada area khusus untuk backpacker seperti Jalan Jaksa di Jakarta atau Poppies di Bali.

bincang bincang seru ini kemudian harus disudahi karena perut saya sudah mulai keroncongan dan kami akan beranjak untuk makan.

terima kasih banyak Adis, sukses menjadi pemuda bangsa yang menularkan virus Aku Cinta Indonesia!

Selasa, 11 Oktober 2011

komen yang terlalu menginspirasi

saya suka iseng lihat komen blog saya yang gak seberapa ini. menanti penuh harap ada yang mengapresiasi tulisan saya gimana pun bentuknya.
sampailah ketika malam ini, saya tertegun. yang saya dapatkan bukan sekedar komentar.
namun deretan kata yang menjadi percikan api inspirasi dan amunisi untuk terus tersenyum sepanjang hari.
perkenalkan, tutor baru saya (kalau boleh berharap)
Ajie, begitu ia akrab disapa.
paling anti dipanggil 'mas' oleh saya :p
seorang yang saya bertekad akan saya curi ilmunya.
berikut adalah sapaan Ajie di laman komentar postingan saya mengenai "mimpi"

------------------------------------------------------------------------------------

mimpi, sebuah kata menarik yang menjadi canda, sangsi, dan pertanyaan. "setinggi apa mimpi harus digantungkan?", "sampai kapan bermimpi dan melihat realita?"

buat saya, hidup adalah mimpi. toh pada akhirnya kita semua 'terbangun', mati, lepas sudah jiwa dari raga. jadi kenapa takut bermimpi? kita sedang menjalaninya. sekolah, kerja, makan, minum, hidup, semua seperti mimpi; tidak abadi.

Bang Andrea Hirata pernah berkata melalui karakternya, "Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu." Powerful. Saya dulu bermimpi menginjakkan kaki di daratan Eropa. tahun lalu, mimpi itu jadi kenyataan, walau semua orang, bahkan ibu saya sendiri sangsi.

Jadi, pertanyaannya adalah, "Sejauh apa kamu berani bermimpi?" :)

Cheers,
Aji



terima kasih banyak yah jie sudah mampir dan memberi secercah harapan dalam mimpiku :) semoga kebahagiaan selalu bersamamuu!

#12 Mantan

dia baik, mukanya sunda *emang ada yah*
dia pengidap asma, seperti saya. dia cinta monyet saya dari SD kelas 4. dan entah atas dasar apa saya menganggap dia pacar pertama saya.
paling ingat ketika dia kasih coklat & kartu dengan tulisan tangan dia yang khas.
dia Gilang Ainan Drajat Martha

dia baik, terlalu baik.
dia berkulit gelap karena keturunan Bima dari ayahnya.
dia suka sekali main basket.
dia terlalu sabar untuk menjadi pacar saya kala itu.
paling ingat pacaran cuma sms an dan ngobrol lewat telepon rumah.
paling parah saya gak pernah nonton dia tanding basket dan memberi julukan "doli" yang masih nempel sampai SMA.
dia Muhammad Fathur Rizal

dia baik, bawel (logat betawi aseli) dan gendut.
dia jenaka, pintar matematika dan suka galak seketika.
dia sukanya menghabiskan waktu bersama, saya suka males berdua saja.
saya suka di bawah tiang bendera SMA, dia main futsal di lapangan sekolah.
paling ingat rutinitas ke mesjid bareng tiap dzuhur, duduk deketan selama ujian (karena absen) dan dia pernah ninggalin saya karena ngambek & saya gak dianter ke tempat bimbel (parah kan? padahal saya aja manja hihi)
kita suka nulis diary berdua. sok sok an dialog di buku. sampai sekarang masih suka saya baca tulisan tangan nya yang kayak ibu-ibu.
dia Fathur Rahim

dia baik, terlalu sabar dan gak bisa marah.
dia anaknya selow walaupun cengeng (ups)
dia pintar walau gak pernah belajar
dia selalu menjadi sahabat yang baik buat lingkungannya
dia sangat bertanggung jawab dan menjadikan saya seperti sekarang
dia selalu membanggakan. dengan prestasinya dia dan sejauh ini dia sangat cocok dengan saya (sepertinya, menurut saya :p)
paling ingat pas ngerjain TA saya kesel gara-gara dia gamau dibantu. tapi pas halaman 'thanks to' ada nama saya beserta embel-embel 'selaku pacar yang selalu mendukung' langsung saya tabok, malu! hee :')
memberikan saya banyak momen seru bersama si 'bleki', motor yang gak mau kehujanan, dan membuat saya sudah langganan berhenti di sepanjang jalur setiabudhi-dago karena si bleki 'ngambek' alias mogok :P miss you so much bleki!!
dia adalah Benediktus Mazmur Agung Kristiaji

semua nama yang diatas bukanlah piktip belaka, melainkan merupakan 'mantan' pengisi hari-hari saya, partner in crime sekaligus sumber inspirasi.
walaupun cheesy. saya mendedikasikan tulisan kali ini untuk mereka *ciee*
mumpung saya juga lagi sedikit bernostalgia
semoga para 'mantan' juga masih tertawa kalo ingat kenangan konyol diatas.
balik lagi, menurut saya yang esensial dari sebuah kata 'mantan' adalah kenangan.
dan kenangan juga menjadi bagian hidup yang memiliki slot tersendiri
berbahagialah anda yang masih bisa tersenyum dan mendoakan orang-orang yang ada dalam kenangan tersebut. seperti saya saat ini..

Kamis, 06 Oktober 2011

kerlingan dari langit-langit kamarku

"gantungkanlah gebetanmu setinggi langit.. langit kamar"

agar kamu mudah meraihnya
at least usaha pake tangga atau egrang masih bisa teraih :P
itulah pelajaran mahal yang sebenarnya masih saya sangsikan berlaku untuk umum atau tidak

nyatanya banyak tuh yang menggantungkannya setinggi langit di angkasa
tapi ia bisa meraihnya
mungkin ia memiliki pesawat jet, bahkan roket
jadi tidak heran
bagi beberapa itu merupakan hal mudah

namun filsafah ngaco ini tak saya maksudkan untuk membatasi harapan
nyatanya walau beribu manusia berteriak lantang "jangan banyak berharap, nanti kalau tidak tercapai sakit hati"
saya satu dari sepersekian makhluk yang setiap paginya bangun dan tersenyum masih tebuai dengan harapan
di setiap denyutnya harapan itu ada
sekecil apapun jumlahnya

seperti dua sisi mata uang, harapan itu memang menyisakan tanda tanya
ada kalanya harapan membuat saya semangat & menyunggingkan senyum di kantor sepi tanpa alasan
ada kalanya saya termenung di keramaian karena dihempas kenyataan

tapi saya belajar kok
tersandung sedikit tidak masalah
toh pelan pelan akan ada yang membantumu berdiri
berdiri dan siap untuk kembali berlari

berlari mencari tangga atau egrang untuk kembali meraih harapan
yang masih saya simpan di langi-langit kamar
kalau saya sedang memutuskan untuk menikmatinya, cukup saya pandangi kerlingannya sebelum terlelap
berharap sekeping senyumnya terjebak dalam mimpi saya
yang sialnya saya jarang bemimpi

sebagai gantinya hari ini saya menyapamu dalam hati
semoga harimu menyenangkan dan nanti malam aku akan datang dalam sebuah pesan
"how's your day? is it great?"

dalam hati aku berujar
"semoga selalu berbahagia wahai penghias hariku dan langi-langit kamarku"

saved by Kitsilano!

alarm berbunyi di ponselku
tandanya sudah pukul 9 pagi
bergegas ku tekan sebuah nomor di kontak ponselku
ketika akhirnya sebuah suara berat khas bangun tidur menyapa, dengan sendirinya senyumku mengembang dan menyapa dengan nada selembut mungkin

"bangun, ngok.."
aku sendiri masih tak percaya masih bisa merasakan kelembutan dalam suaraku tanpa disadari.
dia di seberang sana nampaknya masih mengumpulkan 'nyawa' dan ngulet-ngulet
setelah cukup 'sadar' dia mengucapkan terima kasih dan segera pamit untuk siap-siap
namun aku sempat bertanya untuk apakah dia bangun pagi, setelah tadi malam meneleponku untuk minta tolong dibangunkan pagi ini.
dia bilang untuk medical check up di hotelnya
"kamu belum jawab pertanyaanku tuh"
"untuk apa sih medchecknya?"

"ngga tauuk"
"udah yah aku mau siap-siap"

aku cuma jawab "hmm"
telepon pun terputus

angan-angan untuk sekedar ngobrol sebentar pun tidak terealisasikan
setitik rasa kecewa pun tak terelakkan

beruntung aku sedang mendengarkan EP nya Roman Foot Soldiers yang bertajuk Kitsilano
sedikit lupa lalu berujar dalam hati

"sekali jadi alarm, selamanya jadi alarm"

#7 telur dadar rasa baru

aku punya resep baru untuk telur dadarku
biasanya cukup ditambah garam dan irisan daun bawang
wanginya menyeruak dari atas wajan

namun sekarang aku coba buat baru
namanya telur dadar rasa cemburu
pakai bubuk pedas merk candu
pasti tambah nasi satu porsi
eh ujungnya pasrah saja sama kondisi

telur dadar itu enak disantap selagi panas
panas tapi bisa ditiup dulu
biar kalau mulai cemburu bisa pikir dulu
dasar sial nasib cinta naas

kalau kamu mau coba telur dadarku boleh
tapi kuingatkan ini rasa baru
rasa bubuk pedasnya kadang menggigit
kalau tidak kuat, pedasnya bikin menangis

tenang, telur dadarku ada penawarnya
segelas es teh 'kenangan' manis

nah kupakai dulu celemek ku
kamu mau bantu?