Jumat, 17 Februari 2012

Learning is a process

Finally, I have to say finally.
Setelah sekian lama ‘ngecapruk’ di blog pribadi saya ini, ada satu pelajaran berharga yang ingin saya share untuk para pembaca (kayak ada aja :p haha)
Berawal dari dipostingnya link blog saya yang memuat tulisan tentang IYCS kemarin. Saya sebenarnya sudah sedikit ber firasat (cie) sebelum akhirnya saya turut me-mention akun @IDChangemakers pada link blog saya tersebut. Cuma saya simple saja. Lebih tepatnya tidak pikir panjang. Saya sekilas berpikir tulisan saya ini tidak akan di RT oleh akun @IDChangemakers, jadi ya pasti relatif sedikit yang akan membacanya. 

Tebakan saya benar. Standar saja traffic pembacanya, seperti biasa. Tapi yang kemudian menjadi awal ‘kisah’ ini adalah ada seorang organizer yang kemarin menjadi ‘atasan’ saya menulis sekitar 3 buah twit yang kata seorang teman saya, Luthfi, bisa jadi ditujukan untuk postingan blog saya tentang IYCS. Sontak saya terkejut dan deg-deg an. Perasaan takut tak terelakkan muncul. Saya takut menyinggung, saya takut salah. Saya takut karena saya tidak ingin ada kesalahpahaman. Setelah saya membaca twit #nomention tersebut bukannya kesal, saya justru bingung. Intinya tidak mengerti apa yang dipermasalahkan disana. Yang jelas kata ‘menjatuhkan’ cukup membuat saya terdiam dan berpikir lama. 

Mungkin yang belum membaca postingan saya, boleh baca dulu biar kita satu frekuensi hehe. Saya akui setelah itu saya juga tidak dapat menahan diri untuk mengekspresikan kebingungan saya lewat beberapa twit yang kemudian menarik perhatian untuk beberapa teman follower. Mereka mulai menanyakan dan memberi support. Ada juga yang mengingatkan bahwa menulis memang perlu kehati-hatian. Intinya saya belajar banyak. 

Dengan ini saya pribadi menyampaikan apresiasi setinggi-tinggi nya kepada all organizers dan meminta maaf apabila ada kesalahan. Apapun, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Kalau mau argue mungkin tidak ada habisnya. Teman-teman yang sudah membaca pasti punya pandangan pribadi yang berbeda-beda. Yang saya selalu tekankan adalah mohon kritik dan sarannya untuk tulisan saya yang masih banyak sekali kekurangan & kesalahan disana-sini. Saya mengakui saran dan maksud evaluasi yang  saya utarakan disana bahasanya kurang ‘luwes’ sehingga yang membacanya menjadi kurang ‘legowo’. Padahal saya selalu no offense loh. Gimana saya mau punya niat ‘menjatuhkan’? wong saya terlibat di acara tersebut, merasa sangat terhormat & berterima kasih untuk kesempatan yang diberikan. Namun apa yang saya tulis adalah apa yang saya rasakan, fakta dan tidak mengada-ngada. Saya menulis hal tersebut adalah karena saya peduli, saya mencintai acara tersebut makanya saya memberi bahan evaluasi untuk kedepannya. Itu saja. Semoga dengan tulisan ini, kesalahpahaman bisa dimaafkan dan turut menjadi evaluasi besar untuk saya pribadi. 

Menulis dibutuhkan keberanian, tapi blog pribadi merupakan ruang kebebasan berekspresi selama yang ditulis merupakan fakta dan dapat dipertanggungjawabkan. Saya berpedoman pada hal tersebut. Saya pikir, saatnya pembaca juga cerdas dan tidak ‘menelan bulat-bulat’ tanpa konfirmasi kepada si penulis apabila dirasa ada kejanggalan. Kedepannya saya sungguh akan berusaha menjadi penulis yang lebih berhati-hati dalam pemilihan kata dan penyampaian yang ‘luwes’ sehingga bisa diterima dengan baik oleh semua pembaca.

Oiya, satu pesan yang saya selalu ingat dan sangat bermanfaat pada kejadian ini. ‘Over sensitive itu merugi’. Seperti kata Pandji, ‘sensi-an bikin capek. Orang Indonesia sering berantem Cuma karena terlalu sensitif’
:D 

Salam menulis!

Selasa, 14 Februari 2012

What I Wore



Top : Unbreanded Stripe Shirt
Necklace : Maneqquine Plastic & Peace Catcher - Naalnish
Jeans
Totebag : Thunderlust
Flats

Indonesia Young Changemakers Summit 2012 : Sumpah Pemuda 2.0

Sudah tau yah, sejarahnya saya dan Finna daftar untuk jadi observer IYCS dari mulai pendaftaran Batch 1 di penghujung tahun 2011 dan harap-harap cemas menunggu pengumumannya sampai pengumuman Batch 3 tapi kita tidak lolos jadi observer.. (nangis dipojokan) 

Well memang ini persaingan yang sangat sengit untuk terpilih menjadi observer. Dari 1000 aplikan yang masuk, hanya terpilih 100 observer dari seluruh Indonesia. Dan memang mereka yang sudah mempunyai dan memulai ‘proyek perubahan’ untuk lingkungannya. Seperti Alif, teman saya dari TEDxBandung dan Reza. Akhirnya saya dan Finna berusaha ikhlas dan bertekad untuk mensupport kegiatan ini walau hanya dengan mengisi Survey dan memantau via media :D hehe
Alhamdulillah yang namanya rejeki gak kemana. Teman TEDxBandung kita, Arfan yang memang jadi organizer tetiba mengajak dan merekomendasika saya, Finna, Puput dan Afinna untuk jadi LO di IYCS! Wohooo, itu senang banget dan koprol-koprol dikamar. Kita bersyukur banget tetap bisa jadi bagian dari hari bersejarahnya IYCS sekaligus mengemban tugas jadi LO.

Nah untuk sedikit mereview IYCS kemarin , rasanya untuk keseluruhan acara bisa di cek di @IDChangemakers maupun di web indonesiayoungchangemakerssummit.org untuk lebih lengkapnya. Banyak live tweet keren disana. Saya more and less akan sedikit mengungkap tiny-little-fact dari jalannya acara dan belakang layar IYCS yess :D
Arfan ini emang gak tanggung-tanggung dan sayang banget loh sama kita, jadi saya dan Finna di rekomendasikan pula jadi LO VIP & VVIP. It’s such an honour untuk menghandle tamu dari perwakilan Kanwil Bank Mandiri selaku sponsor utama dan Pak Anies Baswedan! Fyuuh. Itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Selepas menyampaikan speech (yang always inspiring) saya menemani beliau untuk mengikuti konferensi pers dan meng assist selama berada di Gedung Merdeka. Beliau sangat humble, tidak mau hanya duduk di VIP room dan selalu ingin berada di Main Hall untuk mengikuti jalannya acara. Tidak mau hanya duduk di first line bersama tamu dan panelis VVIP lainnya, malah duduk ditengah changemakers dan observer lainnya di barisan belakang. Saya salut dan makin mengagumi beliau. Sambil menemani coffee break, saya sedikit berbincang dengan Pak Anies dan surprisingly beliau memberi kartu nama. Waah kaget sekaligus senang. Setelah bertukar nomor, saya mengantar Pak Anies duduk ke dalam Main Hall. Semoga saya bisa berjumpa lagi dilain kesempatan :D

Sesi Open Space yang digelar juga cukup membuat heboh peserta. Setelah seharian duduk di Gedung Merdeka dan minim gerak, seluruh changemakers & observer antusias mengikuti sesi diskusi. Dengan rules yang cukup unik, mereka diberikan beberapa tema besar untuk kemudian bebas membentuk kelompok diskusi kecil dan siapapun boleh bargabung dengan tema-tema yang diajukan. Ada pendidikan, kesetaraaan gender, mengurangi pengangguran, peran pemuda daerah dan sederet topic keren lainnya yang bikin saya pusing tujuh keliling untuk memilih yang mana yang paling keren! Semuanya sangat menarik dan membuat hidup suasana Main Hall Gedung Merdeka malam itu. Dibahas dengan detail lengkap dengan latar belakang topic yang mereka angka dan solusi yang dihasilkan dari sharing dan diskusi dengan anggota kelompok.

Saya yang awalnya Cuma berkeliling mengamati keseruan diskusi di tiap kelompok, akhirnya ‘gatel’ dan langsung jatuh cinta pada satu kelompok yang masih berdua saja. Ada Odi dan Bella. Mereka mengangkat topic yang membuat saya tertantang, yap! Pariwisata! Terima kasih atas kesempatan bertukar pikiran yang tanpa sadar saya ‘semangat 45’ sekali dalam diskusi. Bisa dibilang dengan permasalahan “Kenapa masih lebih banyak masyarakat Indonesia memilih traveling keluar negeri dibanding ke dalam negeri”, semua ilmu dan opini yang saya biasa kemukakan di ruang kelas, bisa di share juga ke teman kelompok diskusi. Bahkan kita jadi sama-sama belajar, Odi juga salah satu petualang ACI 2011 lalu, lho! dan dia tak lupa berbagi cerita seru selama bertualang di Kalimantan.

Selain pengalaman berdiskusi dengan observers dan chancemakers, saya juga mengalami momen yang dapat menjadi bahan evaluasi panitia. Kegiatan hari terakhir di Gedung Indonesia Menggugat luput edukasi kebersihan dari pihak panitia. Saat jam makan siang, changemakers dan observer cenderung membuang sampah makanan sembarangan dan sangat mengotori baik dalam ruangan maupun halaman sekitar gedung. Saya, Finna, Luthfi dan Daus kemudian mengambil trash bag dan memungut semua, I mean semua sampah mulai dari dalam hingga keluar gedung. Nyatanya organizer melihat kejadian ini tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Malah volunteer lainnya akhirnya membantu kami. Raut wajah canggung dan malu sedikit terbersit di wajah para observer dan changemakers yang sampahnya kami ambil. Tapi bisa dibilang hanya sepersekian dari seluruh peserta. Yang lainnya? Cuek bebek saja tuh. Sudah kepalang tanggung kali ya menurut mereka. Dapat disimpulkan, ini merupakan kelalaian dari panitia. Tidak dapat ditemukan tempat sampah layak disekitar venue dan tidak pernah di-sounding oleh MC ataupun panitia untuk menjaga kebersihan venue. Padahal dari beberapa event terakhir yang saya ikuti, panitia bahkan memisahkan sampah organic & anorganik. Lengkap dengan edukasi zero-waste. Sungguh sangat disayangkan. Kalimat yang kemudian terucap adalah, “katanya changemakers, kok buang sampah sembarangan?” padahal kami yakin betul isu lingkungan ini pasti sangat mereka kedapankan dalam berbagai misi dan project mereka. Ya namanya manusia pasti ada khilafnya. Semoga dikesempatan berikutnya, organizer lebih peka dan prepare terhadap kejadian semacam ini. Kalau seloroh nya teman saya, si Ai, observers dan changmakers leih sering diajak untuk ngetwit menggunakan #IYCS ketimbang diajak buang sampah pada tempatnya :D

Well, banyak pengalaman berharga yang tidak ternilai harganya selama 3 hari menjadi volunteer di IYCS. Saya sangat berterima kasih pada sahabat saya, Arfan, yang telah merekomendasikan saya dan Finna untuk mengemban tugas mulia sebagai LO VIP dan menjadi bagian dari sejarah IYCS, pergerakan dan perubahan pemuda Indonesia. Momen bersejarah lainnya adalah ketika seluruh isi Gedung Merdeka memberikan standing ovation untuk Pak Jokowi selepas beliau menyampaikan materi speechnya dan saat Manifesto Sumpah Pemuda 2.0 dilangsungkan. Berikut isi Sumpah Pemuda 2.0

Kami putra/i Indonesia, bersumpah untuk menegakkan integritas & kepedulian demi mewujudkan Indonesia adil & sejahtera
Kami putra/i Indonesia bersumpah untuk berkreasi & berkolaborasi demi mewujudkan Indonesia unggul & berdaya saing
Kami putra/i Indonesia bersumpah untuk bekerja keras & bertanggung jawab demi mewujudkan Indonesia lestari selaras dlm keberagaman













:')

Bandung - Semarang 9 Februari 2012

“Coba ada pintu kemana saja”
“Pintu kemana saja bisa ‘mematikan’ untuk para sopir”
“Pintu khusus maksudku, untuk para penangkap pelukan di udara. Agar bisa merasakan hangatnya desiran darah dan kulit yang menyatu.”
“Semakin merapatnya dua jantung dari tubuh yang berpelukan itu, semakin kencang detaknya. Tidak ada kata – kata di sekeliling mereka. Detak jantung jadi bahasa, kedalaman bola mata menyampaikan segala pesan, segala perasaan..”
“Ruang dan waktu yang kerap jadi sekat menguap entah kemana. Kurasa tatapannya memaksa masuk. Jauh kedalam. Menginspeksi serdadu rindu yang bergerilya di tiap malam.”
“Aku ingin masuk kedalam matamu, agar aku tahu bagaimana kamu melihatku. Aku ingin tinggal dijantungmu, untuk memahami detaknya setiap detik.”
“Bagitupun aku. Desah nafasmu bagaikan pelatuk yang siap kutekkan saat lantunan kalimatmu bergema di ruang sepiku. Persetan dengan masa lalu, yang kutau rasa ini nyata. Dan sosokmu jelas terlihat disana..”