Kamis, 06 Oktober 2011

kerlingan dari langit-langit kamarku

"gantungkanlah gebetanmu setinggi langit.. langit kamar"

agar kamu mudah meraihnya
at least usaha pake tangga atau egrang masih bisa teraih :P
itulah pelajaran mahal yang sebenarnya masih saya sangsikan berlaku untuk umum atau tidak

nyatanya banyak tuh yang menggantungkannya setinggi langit di angkasa
tapi ia bisa meraihnya
mungkin ia memiliki pesawat jet, bahkan roket
jadi tidak heran
bagi beberapa itu merupakan hal mudah

namun filsafah ngaco ini tak saya maksudkan untuk membatasi harapan
nyatanya walau beribu manusia berteriak lantang "jangan banyak berharap, nanti kalau tidak tercapai sakit hati"
saya satu dari sepersekian makhluk yang setiap paginya bangun dan tersenyum masih tebuai dengan harapan
di setiap denyutnya harapan itu ada
sekecil apapun jumlahnya

seperti dua sisi mata uang, harapan itu memang menyisakan tanda tanya
ada kalanya harapan membuat saya semangat & menyunggingkan senyum di kantor sepi tanpa alasan
ada kalanya saya termenung di keramaian karena dihempas kenyataan

tapi saya belajar kok
tersandung sedikit tidak masalah
toh pelan pelan akan ada yang membantumu berdiri
berdiri dan siap untuk kembali berlari

berlari mencari tangga atau egrang untuk kembali meraih harapan
yang masih saya simpan di langi-langit kamar
kalau saya sedang memutuskan untuk menikmatinya, cukup saya pandangi kerlingannya sebelum terlelap
berharap sekeping senyumnya terjebak dalam mimpi saya
yang sialnya saya jarang bemimpi

sebagai gantinya hari ini saya menyapamu dalam hati
semoga harimu menyenangkan dan nanti malam aku akan datang dalam sebuah pesan
"how's your day? is it great?"

dalam hati aku berujar
"semoga selalu berbahagia wahai penghias hariku dan langi-langit kamarku"

1 komentar:

  1. mimpi, sebuah kata menarik yang menjadi canda, sangsi, dan pertanyaan. "setinggi apa mimpi harus digantungkan?", "sampai kapan bermimpi dan melihat realita?"

    buat saya, hidup adalah mimpi. toh pada akhirnya kita semua 'terbangun', mati, lepas sudah jiwa dari raga. jadi kenapa takut bermimpi? kita sedang menjalaninya. sekolah, kerja, makan, minum, hidup, semua seperti mimpi; tidak abadi.

    Bang Andrea Hirata pernah berkata melalui karakternya, "Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu." Powerful. Saya dulu bermimpi menginjakkan kaki di daratan Eropa. tahun lalu, mimpi itu jadi kenyataan, walau semua orang, bahkan ibu saya sendiri sangsi.

    Jadi, pertanyaannya adalah, "Sejauh apa kamu berani bermimpi?" :)

    Cheers,
    Aji

    BalasHapus