Kamis, 01 Desember 2011

Bandung Berkebun setelah Euphoria Tunza Conference 2011

Sepekan lalu, saya menghadiri kumpul penutupan dan evaluasi Tunza di Galeri Padi. Tak hanya penggiat Bandung Berkebun awal, namun juga seluruh volunteer yang sudah menjadi bagian dari keluarga Bandung Berkebun.
Di pertemuan itu Mba Cici (Aryani Murcahyani) selaku Bandung Berkebun Founder menyampaikan materi tentang “apa yang akan kita lakukan after Tunza?”

Setelah euphoria Tunza, kita harus kembali ke awal. Kembali menjadi pekebun slash petani urban yang menggarap kebun di Sukamulya. Bahkan sekarang tugas bertambah dengan mengurus tanaman di sepanjang jalan Tamansari dan Siliwangi yang telah ditanami saat kegiatan Street Farming Tunza kemarin.
Konsep Urban Farming kembali diingatkan oleh Mba Cici, dimana pemanfaatan ruang kosong perkotaan untuk ruang terbuka hijau yang bersifat edukatif dan rekreasi merupakan tujuan dari aktivitas Bandung Berkebun.

Edukatif karena melalui berkebun ‘masyarakat kota’ yang ‘terlihat’ pintar ini masih bisa mendapat sisi edukasi dari kegiatan yang ‘terlihat’ hanya sekedar menanam dan ngebon ini. Susah-susah gampang lah istilahnya untuk mengurus sebuah tanaman apalagi sepetak lahan. Dibutuhkan ilmu, at least pengetahuan tentang mengurus tanaman agar tanaman yang sudah kita tanam dapat tumbuh sempurna dan akhirnya dapat diambil hasilnya. Tapi tenang, tidak sesulit itu kok. Apalagi kalau dikerjakan bersama-sama. Saya merasakan pengalaman menanam di Rooftop sabuga kemarin tidak terlalu sulit, in fact menyenangkan. Kulit tersentuh cahaya matahari, tangan tidak ragu berkotor dengan tanah dan melihat tanaman dapat tersusun dengan cantik di instalasi rasanya membayar segala lelah kala itu.

Sisi edukasi juga bisa dilihat dari partisipasi beberapa TK dan SD yang sudah menjadi ‘partner’ Bandung Berkebun. Sekolah-sekolah tersebut bahkan memasukan kegiatan berkebun ini dalam kurikulum mereka. Antusiasme para adik-adik ini tidak usah diragukan. Mereka sangat gembira karena bisa bersama-sama berkegiatan di ruang terbuka, merawat tanaman dan kemudian menjadi bagian dari keseruan panen. Saling bahu-membahu untuk merawat lahan bersama kawan, kakak penggiat dan para guru. Keceriaan yang priceless, menurut saya.

Rekreasi di kota yang sepertinya mustahil, idealnya bisa dilakukan. Karena ternyata di kota banyak lahan terbengkalai. Saat ini Kota masih ‘dianak-tiri-kan’, warga pesimis kota dapat dijadikan tempat yang aman dan nyaman untuk berkegiatan, apalagi berkebun. Pemahaman yang seperti ini lambat laun harus kita bantah.

Inti dari konsep Urban Farming ada 3, yaitu Ekologi, Edukasi dan Ekonomi. Untuk poin terakhir yaitu ekonomi, sayangnya sekarang masih belum maksimal untuk Bandung Berkebun sendiri. Hal ini dikarenakan untuk menjadikan hasil kebun sebagai komoditi pasar, dibutuhkan tanggung jawab lebih dan komitmen dalam memastikan kualitas dan kuantiti mencukupi permintaan pasar. Semoga kedepannya Bandung Berkebun secara bertahap dapat mewujudkannya :)

Sebagai warga Bandung ada baiknya kita mengenal Problem sekaligus Potensi kota Bandung. Diantaranya adalah :

Problem :
-1. Kurang ruang terbuka hijau. Hanya 6% dari luas kota Bandung yang menjadi ruang terbuka hijau seperti taman dan public space. Idealnya berada di angka 30%.
-2. Kurang ruang terbuka public dengan pemanfaatan children playground atau plaza. Seandainya banyak children playground di ruang public, para orang tua pasti lebih senang mengajak anak-anak ke playground dibandingkan ke mall 
-3. Ruang kota terbengkalai

Potensi :
-1. Morfologi kota yang ‘akrab’ (relative dekat kemana-mana)
-2. Gudangnya komunitas – komunitas kreatif
-3. Kota produktif. Kenapa disebut produktif? Menurut Mba Cici, di Bandung masih memungkinkan bagi orang yang memiliki pekerjaan atau kegiatan yang sifatnya non profit. Saya juga setuju dengan hal ini. Bandung memiliki ‘multitasking people’ yang care terhadap ‘pergerakan’ diseputar kota Bandung.

 Setelah lebih mengenal Problem & Potensi kota Bandung, semoga kita sebagai warga kota lebih aware dan peduli dengan keadaan sekitar sekaligus issue yang sedang berkembang di masyarakat. Setelah aware ada baiknya mulai berbuat sesuatu untuk ‘perubahan’. Terdengar berat ya kalau melakukan sesuatu untuk perubahan?

Lakukan yang paling simple dulu yang bisa kita lakukan. Jaga kebersihan, support local movement, sebarkan informasi baik dan lebih aktif menyuarakan pendapatmu :)
Salah satunya lewat Bandung Unite. So, Tunggu apa lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar