Jumat, 18 Mei 2012

Secangkir Senja (untuk Fanni)


Tetesan hujan bergemericik
Diatas genting seng
Menyamarkan butiran halus gula pasir
Yang berjatuhan di dasar cangkir putih

Sambaran kilat memberi tahu bahwa tanganmu
Sedang mengaduk cairan hangat dengan sendok besi

Aroma dari kedua tanganmu membawaku
Menuju udara dingin menyegarkan
Bibirku menyesapnya
Lidahku menerjangnya
Namun
Mataku yang semula terpejam mendadak terbuka
Terpana menatap jendela, dengan butiran hujan menari diatasnya
Udara dingin menyergap kesadaran
Mengangkat realita imajinasi
Yang muncul dari asap api padam

 terima kasih Dim, lucu mengingat ketidaksengajaan ketika halaman ini terbuka di depan kita. dan aku membaca namaku disitu. sungguh manjur untuk menyunggingkan senyum setiap aku mengingatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar