Jumat, 18 Mei 2012
#123
#1
yes i'm a card fetish lately. gak bisa liat kartu dikit (kartu atm juga) kecuali kartu undangan kawinan, pasti bawaan nya pengen beli :p ini kartu pop up loh, bahan nya lumayan bagus dan desain yang ceria. akan ku hadiahkan salah satunya kepada yang terkasih *ihiy*
#2
sebelumnya mau matur suwun dulu buat Shesar yang berbaik hati, berlapang dada, bermurah jodoh (ngerayu) mau meminjamkan koleksi buku Pram nya kepadaku. dia merekomendasikan Gadis Pantai ini untuk pembaca newbie sepertiku :) Tapi apa daya ditengah kesibukanku (mencari cinta dan duit gopekan) jadi si buku ini belum selesai kubaca. semoga yah shar, sabar yah *tepuk bahu shesar*
#3
melihat idola dalam radius kurang dari 5 meter secara live membuat merinding seketika. kalo gak percaya tanya aja si Al & Yonk. mereka akhirnya mau menemani daku nonton Seringai di pensi SMA 5 kemarin, selain karena mereka nge fans juga hehe. ini pengalaman berharga penuh pesan moral. bahwa gak lagi-lagi deh sok iye nonton band beginian di barisan terdepan. kalo gak dijagain Al & Yonk udah abis saya jadi perkedel. tapi Arian, Sammy, Ricky, Khemod.. aku padamu *pingsan*
Secangkir Senja (untuk Fanni)
Tetesan hujan
bergemericik
Diatas genting
seng
Menyamarkan butiran
halus gula pasir
Yang berjatuhan di
dasar cangkir putih
Sambaran kilat memberi
tahu bahwa tanganmu
Sedang mengaduk
cairan hangat dengan sendok besi
Aroma dari kedua
tanganmu membawaku
Menuju udara
dingin menyegarkan
Bibirku menyesapnya
Lidahku menerjangnya
Namun
Mataku yang semula
terpejam mendadak terbuka
Terpana menatap
jendela, dengan butiran hujan menari diatasnya
Udara dingin
menyergap kesadaran
Mengangkat realita
imajinasi
Yang muncul dari
asap api padam
terima kasih Dim, lucu mengingat ketidaksengajaan ketika halaman ini terbuka di depan kita. dan aku membaca namaku disitu. sungguh manjur untuk menyunggingkan senyum setiap aku mengingatnya.
Kamis, 17 Mei 2012
13 Mei 2012
Payung Teduh,
Tesla Manaf, Leonardo, bahkan Kings of Convenience sudah bergantian menemaniku
di depan laptop kesayangan. Mereka setia menanti sang empunya menarikan
jemarinya diatas keyboard. Membentuk kalimat demi kalimat yang dirasa paling
mewakili perasaannya kala itu.
Ya ketika akhirnya
sebelum menuliskan tulisan ini aku sempat tertegun di beberapa malam terakhir.
Tepatnya 2 malam terakhir. Selama dua malam itu ada perasaan yang membuat
hatiku seperti punya irama baru.
Irama yang selama
8 bulan terakhir hanya diisi sekenanya. Lebih sering terisi nada kekecewaan
yang tidak disengaja dan patah hati yang tak disangka.
Namun rupanya
Tuhan punya rencana yang lebih mengejutkan dari biasanya.
“aku tidak percaya
pada coincidence sejujurnya”
“lalu?”
“ya memang sudah
jalannya. Sejak pertama aku dengar suaramu lewat telepon..”
..dan mengalirlah
pembicaraan yang selama ini hanya kukira-kira sendiri dalam hati.
Ketika akhirnya
penantian ini menemui titiknya. Terselip sebuah tanda tanya disana.
Apa ini nyata? Apa ini bukan sesaat semata?
Apa aku menjadi yang serasi dimatanya?
Kami berbeda. Aku
walaupun kuliah travel tapi mental travelernya nol besar. Sedangkan dia, ah aku
seperti tak bisa mengimbanginya.
Pikiran-pikiran
aneh seperti alien di siang hari itu yang selalu hinggap di benakku.
Namun kembali
terasa saat sentuhan jarinya mengusap keningku perlahan. Seperti berbisik
‘semua akan baik-baik saja’
Seperti memeluk
erat hatiku dan menenangkannya disana..
“Bandung-Malang
ya? Mari kita coba..”
Klise memang. Tapi
pertanyaan klasik masalah jarak ini memang cukup menyita perhatian.
Kemudian akhirnya
sedikit demi sedikit kebiasaan yang sebenarnya bukan ritual baru tapi sudah
lama ditinggalkan sejak September tahun lalu kembali dijalankan sekarang.
Sapaan selamat
pagi & malam, sedikit cerita sambil mendengar suaranya diujung sana menjadi
awal yang masih merah. Masih basah. Ibarat goresan cat diatas kanvas.
Semoga keraguan
tak beralasan itu segera sirna, berganti sebuah petualangan dalam asa sepasang
manusia yang merelakan harinya berjauhan dalam jarak namun dekat dalam
pengharapan.
Rabu, 16 Mei 2012
Home is where your heart is
Masih lekat dalam
ingatan beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Sabtu selepas menghadiri
TEDxUnpad aku diajak Dimas Prabowo, mampir kerumah salah seorang sahabatnya
yang terletak di dekat Ciumbuleuit ujarnya.
“Mereka suka
ngajar anak-anak kecil disekitar rumah, Fan. Kamu juga suka ngajar kan? Bantuin
mereka yuk!”
Entah aku yang
terlalu pikun untuk mengingat apa aku pernah berujar seperti itu pada Dimas
tapi yang jelas ‘todongan’ itu seperti menjadi tantangan untukku sore itu.
Baiklah ketika aku bertanya siapa nama sahabat Dimas yang rumah nya akan kita
sambangi sore itu, aku terkejut.
“Tito Tessa, Fan.
Mereka pasangan. Teman dekatku dari Rainbow Gathering kemarin.”
Wait, aku terpekik
dalam hati. Bandung memang selalu mengejutkan dengan seberapa dekat lingkaran
hubungan antar manusia di dalamnya. Baru beberapa hari yang lalu aku like FB
page Tito-Tessa dan mereka temannya Toro juga ternyata. Ah, kesampingkan dulu
kemungkinan mereka temannya temanku yang lainnya (mulai rumit bahasaku).
Kejutan berikutnya
hadir ketika aku dan Dimas turun angkot tidak persis di jalan Ciumbuleuit,
melainkan sebelum gandok, di jalanan menurun masuk gang perkampungan bantaran
sungai cikapundung yang selama ini hanya kulihat dari kaca angkot setiap menuju
simpang dago ataupun ITB sana.
Menuruni jalan,
seperti memasuki sebuah kota kecil di dalam kota Bandung yang fana ini
(ceilah). Seperti perkampungan pada umumnya, rumah kecil berhimpitan, jalan
yang masih didominasi oleh tanah dan kontur jalan yang membuat kami seperti
sedang olahraga sore. Naik turun dan cukup meliuk kedalam. Sekitar 10 menit
kemudian sampailah didepan sebuah pintu berwarna hijau pekat dengan dinding
rumah warna putih. Hatiku kembali berbunyi genderang perang. Deg-degan. Aku
tipe yang pemalu kalau ketemu orang yang aku kagumi (lebay).
Sampai di dalam
aku berkenalan dengan Tito dan Tessa, bercerita banyak dan aku jatuh hati pada
pasangan ini. Mereka merendahkan hati untuk meninggalkan kostan masing-masing
untuk kemudian tinggal bersama di sebuah rumah kontrakan sederhana. Mereka
membuka sebuah sekolah sore dengan 2 sesi kelas untuk adik-adik kecil mulai jam
4 sore, lalu yang usia SD kelas 4-6 setelah maghrib.
Ide untuk membuka
kelas les gratis untuk anak-anak sekitar kontrakan mereka ini spontan dilakukan
oleh Tito sekitar 2 minggu yang lalu. Tapi mereka tidak main-main. Tito-Tessa
melakukan dengan sepenuh hati. Tessa yang memang punya background mengajar
anak-anak kurang beruntung sejak di Jakarta, menyiapkan segala keperluan
mengajar dengan sempurna. Termasuk memboyong semua koleksi buku masa kecilnya, menyiapkan
papan tulis, kertas lipat hingga buku absen & nilai.
Awalnya aku hanya
berniat membantu sedikit, semampuku, ikut berbagi gelak tawa dengan mereka.
Ternyata aku tak kuasa. Aku ikut larut dengan kehadiran sekitar 10 adik kecil
yang semangat sekali sore itu. Sementara Tessa memeriksa pekerjaan rumah mereka
(ya, Tessa selalu memberi mereka PR) aku mengajak mereka mengobrol dan akhirnya
mereka mengelilingiku. Tidak menganggap asing kehadiranku yang baru sekali itu.
Aku mengajak mereka menyanyi, kemudian dituruti oleh Tessa juga. Ia dengan
sigap mendampingiku namun tidak membatasi ruang gerakku bersama anak-anak. Rasa
kagum pun kembali kurasakan saat Tessa bisa dengan tegas menegur dan mendidik
mereka dengan disiplin. Terlebih Tessa juga mengajarkan untuk memulai kelas
dengan membaca bismillah dan Al-Fatihah.
Sore itu menjadi
pengalaman paling menyenangkan yang kurasakan bersama teman baru dan pengalaman
baru. Kuedarkan pandanganku mengelilingi rumah sederhana namun bersahaja ini.
Di beberapa sudut terdapat guratan garis hitam yang dibuat oleh Tessa, kontras
dengan satu sudut penuh kertas lipat warna-warni hasil karya Tito-Tessa dan
anak-anak. Di satu sisi dinding, terpampang dengan cantik sebuah peta Indonesia
dengan media kain dan batik. Dikelilingi oleh lampu berkerlip cantik seperti
lampu di pohon natal. Saat bercerita tentang pengalaman jalan-jalan, Dimas
kemudian mematikan lampu ruangan dan hadirlah kerlap kerlip cantik bagai
bintang di langit, cahaya dari lampu natal tersebut. Anak –anak semakin larut
dalam cerita.
Sebait kalimat
tepat diatas peta Indonesia & lampu natal tersebut yang membuat pandanganku
lama terdiam disana.
“Home is where
your heart is”
Kalimat itu tidak
terdengar asing di telingaku. Namun membacanya di rumah ini, bersama dengan
Dimas, Tito, Tessa dan dikelilingi oleh anak-anak membuatku darahku berdesir.
Rumah ini tidak memiliki barang mewah, melainkan ‘sedikit’ berantakan dan
sederhana khas mahasiswa, mencerminkan sang pemilik rumah. Tapi kebahagiaan
seolah menyelimuti dan memenuhi setiap ruangan di rumah ini. Kehangatan celoteh
Tessa, petikan gitar dan sunggingan senyum Tito membuat aku seperti memiliki ‘rumah’
baru. Ya, rumah itu dimana ketika kita merasa hangat dan nyaman didalamnya.
Terima kasih Dimas
sudah mengenalkanku pada Tito, Tessa dan segala kebaikan mereka untuk
menerimaku dengan tangan terbuka sekaligus ‘menodongku’ untuk membantu
mengajar, hehe. Semoga aku bisa segera bertemu lagi dengan kalian. Semoga kita
saling merindu untuk kemudian bertemu kembali dan berkelakar hingga pagi. sayang sekali kemarin aku tak sempat mengambil gambar. alhasil ini aku kenalkan Tito-Tessa secara virtual dengan foto mereka saja ya :)
you'll find your home if you open your heart
Selasa, 15 Mei 2012
Minggu, 06 Mei 2012
Asrama Dara
menerima kartu pos dari kak Hira Lalitya yang ternyata customer Naalnish dan bertempat tinggal di JakBar pula, di SMA 65, temannya Putri juga.. ah sudahlah dunia memang terlalu sempit.
asal muasalnya adalah ketika saya posting kartu pos yang saya gambar edisi ke #2, lalu iseng saya posting ke @cardtopost untuk menanyakan apa ada yang bersedia saya kirimi kartu. ternyata Hira berminat! okay, saya sudah dapat 'target' untuk dikirimi kartu. ketika Hira ganti bertanya siapa yang mau dikirimi kartupos dengan gambar dari komunitas @GambarSelaw saya juga langsung berseru "Akuu!"
kemudian Hira setuju dan.. tada!
sangat surprise. saya kira Hira belum mengirimkan kartunya, seperti saya yang akhir-akhir ini banyak kesibukan sehingga ketika ada waktu sudah sampai di penghujung minggu. dimana kantor pos nya pun libur -_-
ternyata Hira mengirimkan terlebih dahulu kepada saya dengan pilihan kartu yang sangat menarik. gambar dari anggota Gambar Selaw bernama Tiffani *halo kak tiffani!*
dibagian belakang kartu ada tulisan Bulan Film Nasional. Ah ternyata Asrama Dara merupakan film karya Umar Ismail yang dibuat gambarnya oleh kak Tiffani.
ini merupakan kebetulan yang menarik mendapati kenyataan bahwa saya tinggal di asrama kampus, isinya 'dara' semua dan sayapun menjadi bagian dari Asrama Dara!
kejadian lucu tentang asrama saya adalah ketika jemuran baju menjadi hal yang sangat sensitif di asrama. saya dan finna pernah berkelakar.
"kalau mau ngancurin asrama, obrak - abrik aja tuh jemuran! dijamin langsung terjadi peperangan!"
hal itu didasari oleh pengamatan kami bahwa banyak sekali surat kaleng berisi ancaman ditempel di information board. setiap membaca surat baru disana, kami tidak bisa menahan tawa.
yang terbaru menyebutkan 'barang siapa yang tidak mengembalikan baju seragam (atau apapun yang kebetulan jadi objek penderita) maka dia tidak akan tau apa yang akan menimpa sang 'pencuri'!' haha nada nya ngancem dan nyeremin banget! kayak di film-film.
yang lain sih cukup standar, kayak minta tolong kembaliin seragam, soalnya itu seragam satu-satunya. belom lagi yang kesel gara-gara ada yang ngebiarin bajunya jatuh ke lantai atau gak naro jemuran yang jatuh itu ditempat yang benar, jadi bajunya kotor lagi deh. lengkap dengan embel-embel "emang nyuci gak cape?"
semua kocak! lumayan lah buat hiburan tiap ngelewatin tangga asrama. saya dan finna sih syukur alhamdulillah gak pernah ikutan 'jemuran crew' macam begitu. selain was was takut gak kering, ketuker, jatoh dll emang gak bakat nyuci aja *ngeles*
paling ya sesekali nyuci sepatu, taro di pinggir balkon, eh balik-balik sepatunya udah jatoh kebawah. pe-er deh ngambilnya *gjkgjkgjk*
intinya kartupos Asrama Dara dari Hira membangkitkan kenangan asrama untuk diceritakan. secara saya betah banget di asrama. dari semester satu sampe sekarang. gak terasa bulan juli jadi bulan terakhir saya di asrama kemudian harus pindah ke rumah.
keajaiban asrama banyak baget kalau mau diceritain. intinya saya cinta sama asrama yang kalo diluar panas, di dalem asrama dingin banget. cocok buat tidur lah. kalo diluar dingin, di dalem asrama anget. kalah pelukan pacar #eh belum lagi udah beberapa kali ngerasain gempa di asrama dan penghuni kamar tetangga langsung pada turun kebawah. pada pake hotpants & tanktop baju kamar doang! haha. saya sih telat kabur, jadi tetep aja dikamar *dodol*
ah semoga kenangan manis asrama bisa saya ceritakan lagi ya kapan-kapan. terima kasih banyak Hira untuk kartunya! tunggu balasan dariku yaa :D
peace out!
Rabu, 02 Mei 2012
another birthday bash!
its Mayang birthday on 25 April 2012, gabung sama keriaan ultah Tance yang ngambek gara-gara telat dikasih kado. akhirnya bisa kumpul lagi di ERGINN Pizza & Beer. sempet sok sedih gitu sih, mengingat udah mau lulus kayanya hedon ultah gini ronde terakhir di si Al deh Juli ntar. jadi sedih ahh. pokonya ntar ultah saya & finna anak-anak mesti kumpit kumpul lagi. udah 4 kado lewat berarti udah 4 taun kita bareng. up and down persahabatan ala kepompong udah dicobain semua. dandan maksimal ala MAXIES jangan ditanya, bikin susah kalo mau turun ke bawah asrama. suka disangka rombongan dugem kepagian. jam 5 sore dandannya udah kayak mau mentas! haha. i'll miss those moment! Love
Langganan:
Postingan (Atom)