perempuan itu tersenyum
ia berusaha keras
berusaha membodohi perasaannya sendiri
apa yang dirasakan tidak dapat diantisipasi rupanya
dikepalanya adegan demi adegan terus berulang
kebodohan itu tampak nyata
terasa setiap inci perihnya
kalau hanya untuk menyesali, buat apa
dia sudah tau hal itu akan menimpanya
tapi membohongi diri sendiri tak semudah yang ia kira
kembali ditelannya ludah
tak ada yang kering di kerongkongannya
cuma di sudut-sudut matanya
kering akan air mata yang ingin ia keluarkan
tapi tak bisa
itu mengesalkan untuknya
rasanya perempuan itu hanya ingin meringkuk
menggulung tubuhnya
berharap setiap desahan kegelisahannya bisa berubah menjadi uap asa
yang terbang ke angkasa
yang jauh-jauh meninggalkan dirinya
tapi untuk apa
toh ia masih tetap disini
dengan pikiran yang sama
desah kegelisahan yang sama
paling tidak untuk hari ini, pikirnya
terlintas sebuah kalimat di kepalanya
'orang yang paling kamu kagumilah yang akan menyakitimu'
ia baru tahu rasa sakit berulang itu bisa mengendap begitu lama
rasa sakit yang seharusnya sudah terbiasa dirasakannya
rupanya rasa sakit baru itu masih biru
masih menyatu
terpejam ia menggumam, 'maafkan aku'
maafkan karena ia membiarkan dirinya kembali disakiti dengan cara yang sama
ia tergelincir berulang kali
tapi tak peduli
bukankah itu bodoh?
tapi persetan
ia yang telan
dan ia kembali menelanjangi pikirannya kali ini
akankah ia kembali berjingkat kecil
akankah ia tak peduli akan semesta
akankah ia kali ini berusaha membangun sedikit benteng pertahanan
iapun terhenyak dalam sepi
tercekat sendiri
berdiri perempuan itu mencari air
air mata yang siap untuk membasahi relung hatinya
sore ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar