Getar ponsel
meyadarkan aku dari tidur. Masih sambil memicingkan mata, tanganku berusaha
meraih ponsel di ujung tempat tidur yang akupun lupa kenapa bisa terpental
kesana. Potongan kejadian tadi malam sekelebat muncul dalam benak. Ranting
pohon yang dibasahi rintik hujan, bau tanah dan bunyi gesekan daun yang
aromanya serasa masih menempel di ujung hidung. Perlahan kuhirup udara.
Bagaikan kepingan puzze dan sekotak teka – teki menyeruak dari pikiran.
-
Kuraba ujung
tampat tidur, meraih ponsel yang tergelatak manja disana. Kacamata dengan
gagang hitam tebal kesayanganku mengambil peran untuk kemudian menajamkan
pandangan samar – samar yang akupun masih malas untuk membuka mata.
Jam berapa
sekarang? Kulirik cepat layar ponsel dan membaca angka yang tertera disana.
Masih pukul 6 pagi rupanya. Dengan gerakan pelan aku membaca kembali pesan
singkat yang masuk tadi malam.
“Ini salah, Kiran.
Kita tak seharusnya melakukannya.”
“Kita harus bicara
esok hari”
Sambil menghela
nafas kutinggalkan ponsel diatas meja dan menuju kamar mandi. Baru kulangkahkan
kaki keluar dari kamar mandi, rupanya ponselku berdering.
“Kenapa Bi? Masih
pagi kok ini. Belum ngerjain tugas Pak Idris? Yaudah nanti ketemu di kantin
kampus sebelum masuk ya.”
Dengan tak
bergairah aku nyerocos, tidak memberi kesempatan pada Obi, sahabatku untuk
bicara.
“oia sekaligus ada
yang mau aku certain.” Sambungku
“whoa tenang Ran.
Pagi – pagi udah nyerocos aja. FYI gue udah dibawah nih sarapan sama nyokap lo.
Cepetan turun. Nasi goreng tante hari ini enak bgt. Iya kan tan?”
Suara jenaka Obi
dengan cepat ditimpali oleh ibu,
“Biasa Bi, si Kiran
kalau mandi lamanya kaya putri keraton. Udah kita duluan aja,”..to be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar