Entah saya masih belum bisa menaklukan
sang maha manajemen waktu atau memang saya spesialis pencerita dikala sudah
lewat? (alias nyari waktu untuk bisa sekedar nulis dirumah).
Adalah kali pertama saya menyambangi
gelaran Crafty Days yang sudah tujuh kali diselenggarakan oleh Tobucil, sebuah
toko tempat segala kebahagiaan orang macam saya berkumpul. Terakhir ke Tobucil
saya sukses mengikuti workshop kaligrafi jepang, nonton pentas puppet show,
kopdar dengan salah satu teman cardtopost (Lily) dan menculik dua lembar kartu
dan dua helai kain flannel. Ketika akhirnya tersiar kabar sebulan sebelum hari
H, saya sudah asyik masyuk mencari kawan untuk bertandang bersama kesana.
Dengan seksama saya membaca list
kegiatan seru yang bisa dipilih dalam 2 hari Crafty Days. Pilihan saya jatuh
pada Workshop membuat sandiwara boneka kertas yang di asuh (langsung) oleh Mba
Ria dari Papermoon Puppet. Wohoo! Antara senang dan kagum dan norak, saya
memilih untuk mengikuti workshop tersebut, berharap bisa foto bareng selepas
kelas.
Hari berganti hari, Kerjaan di kantor
semakin menghimpit dan hampir mengubur angan saya mendaftar kelas tersebut.
Sebuah pesan singkat dua hari menjelang hari H, dimana saya sedang berembuk
dengan Andika Budiman untuk menghadiri event itu bersama, mengubah takdir saya.
“Aku ikut kelas papermoon puppet yang Sabtu kok, Fan.“ begitu kata Dika. Wah
langsung saja saya menelepon ke Tobucil untuk mendaftar, lucky me masih ada
tempat untuk kelas tersebut.
Hari yang dinanti tiba, saya dijemput
Andika di rumah, sempat pula ia minta minum dulu laksana musafir yang habis
mengembara (padahal abis ngirim paket titipan mamahnya :p ) setelah itu kami
berdua cukup optimis akan sampai lokasi tepat waktu walau sambil berharap si
kelas akan mulai sedikit ngaret. Ketika jarum jam sudah mengarah pada pukul
satu siang, kami sedang terjebak macet disekitar jalan braga dan asia afrika,
tak pelak saya mengutuki keadaan tersebut. Rupanya ada weekend market braga
yang membuat jalan tersebut ditutup. Kami terpaksa harus kembali memutar jalan
dan makin panik diperjalanan.
Setibanya di Gedung Indonesia
Menggugat, kami menuju meja registrasi. Disana kami bertemu dengan Lily, yang
memang bekerja di Tobucil. Hari itu Lily Nampak cantik dan bersemangat. Sayang
kami buru-buru dan tidak sempat berbincang. Masuk ke dalam kelas, kami berdua
meminta maaf karena datang terlambat dan lekas menduduki kursi di meja
terdekat. Rupanya Teh Arla & Teh Nia (LOTF) juga ikutan, dan di ujung meja
saya melambaikan tangan pada Lana. Ah, hari yang menyenangkan bertemu banyak
teman di satu tempat, hehe.
Bagaikan dipacu waktu, saya dan Andika
langsung mengikuti langkah – langkah yang di contohkan oleh Mba Ria &
partner, aku lupa loh Mas nya namanya siapa. Huhu maaf ya Mas, padahal Mas ini
baik sekali loh sering menghampiri meja saya & Dika yang masih tampak
kebingungan. “Kita datang telat sih ya Fan, jadi kayak yang diburu-buru apaaa
gitu.” Haha, saya pun mengiya kan celoteh si Dika. Pelan – pelas saya mengatur
napas dan mencoba menguasai kardus bekas dalam genggaman. Hmm, mau dibentuk
seperti apa ya ‘panggung’ nya? Mba Ria membawa beberapa contoh yang sudah jadi.
Baiklah, saya ikuti saja salah satunya (ndak kreatip). Beres membuat si
panggung, saya membolak balik halaman majalah bekas yang saya bawa dari rumah.
“Kalau bisa cari karakternya saja dulu, background kolase nya kan bisa
menyesuaikan warna dari karakternya,” begitu pesan Mba Ria. Okedeh, karakter
pertama yang saya temukan adalah ballerina. Cukup absurd tatkala kearakter selanjutnya
yang saya pilih adalah siluet pasangan di meja makan dan Jason Mraz.
NYAHAHAHAHAHA. Mampus lo Pan, ceritanya apaan coba. Begitu bunyi pesan
desperate di kepala saya. Ah biarlah, cerita belakangan saja, walaupun saya
sudah bisa memprediksi ceritanya bakalan ngaco. Prinsip saya, “biarlah
ceritanya ngaco, yang penting tampilannya kece”. Berbekal prinsip tersebut saya
ngebut mencari halaman untuk kemudian saya robek robek kecil dan ditempel
sebagai latar. Yak, benang merahnya adalah ‘restoran’. Duile, gaya bener deh
ah.
Mba Ria cukup hapal dengan karakter
ballerina yang sempat saya tanyakan kepadanya. Maka, setelah 2 jam bergelut
(tapi gak kerasa loh, sumpeh) maka satu persatu peserta di daulat untuk maju
dan menceritakan atau mementaskan karyanya. Ah, pura – pura nggak lihat Mba Ria
aaaah. Tapi saya gagal, senyum mesam mesem saya membuat Mba Ria memanggil si
ballerina. “Ayo siapa lagi yang sudah selesai, ballerina mana nih ayo cerita.”
Err, baiklah. Saya menceritakan tentang kisah sepasang muda – mudi yang sedang
dinner di sebuah resto. Karna satu dan lain hal, si wanita pun ngambek ke si
pria. Si pria meminta sang ballerina hadir untuk memberikan tarian romantis
yang dapat meluluhkan hari si wanita. Si ballerina tak ingin sendiri, maka ia
pun meminta Jason mraz mengiringi tariannya. Akhirnya si wanita luluh dan
berbaikan. Haa what a night. The end.
Gak apa, emang harus diketawain
ceritanya hahaha. Prinsip saya kepake kok, walau ceritanya ngaco, teater box
saya termasuk yang cukup rampung dan berhasil dijepret beberapa kawan yang
hadir, cie idung saya langsung kembang kempis. Oh iya, pada hari itu Raraspraw,
si sohib ciamix dari Jakarta sedang bertandang ke Bandung. Jadilah dia
menyelinap masuk ke kelas dan bertemu sebentar. Makasih ya Ras, sayang gue gak
dikenalin ke Apgan hahaha.
Punya Dika gimana? Sebagai pribadi
perfeksionis dan kreatif, Dika berhasil mengadaptasi kisah keterlambatan kami
hari itu, digabungkan dengan kebaikan Mas di kelas workshop diramu menjadi
scenario pentas. Dika menggambar sendiri karakternya, tidak mengambil dari
majalah. Sayang, Dika memilih untuk merampungkan si kotak panggung dirumah.
Jadilah dia cerita tanpa kotak hehe.
Selesai kelas, saya melancarkan misi
untuk foro bersama mba Ria. Setelah itu saya dan Dika menjelajah venue Crafty
Days #7. Menyapa Mas Budi di stand garasi opa nya, melihat semua karya yang
hadir di stand-stand dan jatuh cinta pada boneka kaus kaki serta cap
bertuliskan ‘empat kali empat sama dengan enambelas, sempat tidak sempat harus
dibalas’. Beuh cardtopost banget kaaan, sayang berhubung saya lagi bokek maka
saya cuci mata aja deh hehe.
Setelah menyimak pameran foto, saya
diantar Dika ke Kummara untuk brifing Happy Play. Sungguh hari yang
menyenangkan. Semoga Crafty Days #8 makin seru! Salam,
Fanni
Yudharisman
Nama pembimbing kita yang satu lagi Mas Wulang, Fan. Aku googling dan nemuin blog dia < wulangs.blogspot.com > karyanya bagus-bagus!
BalasHapus