Tetesan hujan
bergemericik
Diatas genting
seng
Menyamarkan butiran
halus gula pasir
Yang berjatuhan di
dasar cangkir putih
Sambaran kilat memberi
tahu bahwa tanganmu
Sedang mengaduk
cairan hangat dengan sendok besi
Aroma dari kedua
tanganmu membawaku
Menuju udara
dingin menyegarkan
Bibirku menyesapnya
Lidahku menerjangnya
Namun
Mataku yang semula
terpejam mendadak terbuka
Terpana menatap
jendela, dengan butiran hujan menari diatasnya
Udara dingin
menyergap kesadaran
Mengangkat realita
imajinasi
Yang muncul dari
asap api padam
terima kasih Dim, lucu mengingat ketidaksengajaan ketika halaman ini terbuka di depan kita. dan aku membaca namaku disitu. sungguh manjur untuk menyunggingkan senyum setiap aku mengingatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar