‘I need some fine wine and
you, you need to be nicer’
Gumam
Jingga diantara kunyahan permen karetnya. Rambut ikal nya dikuncir tinggi –
tinggi. Menyelesaikan paper kuliah di hari minggu sungguh bukan kegiatan yang
menjadi kesukaan anak muda bermata bulat ini.
“Gerah,
gerah. Renang yuk mas Banyu jeleek!” setelah menggumam sendiri rupanya ia
memanggil nama kakak laki-laki satu – satunya itu.
“Ah
mas banyu nanti sore mau nge date. Lagipula mendung, Ga. Kalau kamu mau, pergi
sekarang gih”
“Aku sendiri dong? Gak ada yang bisa diajakin balap trus
yang kalah harus traktir es cendol sama somay? Gak seru!” Jingga memajukan
bibirnya, merengut tanda kecewa.
“Coba kamu ajak teman – teman perempuan mu dong. Siapa itu,
Alexa ya? Yang suka ke pameran sama kamu, tuh.”
“Oh iya, bener juga.” Kemudian Jingga mengambil handphone
nya secepat kilat menulis pesan singkat. Alexa, teman yang dia temui saat
berlangsung diskusi filsafat di kampus. Tak pernah absen menyambangi pameran di
galeri bersama Jingga dan kadang bercerita tentang pria yang mereka kagumi
selera berpakaiannya .
“Sip Mas, nanti aku ketemuan sama Alexa di kolam jam 3 sore.
Ini sepertinya aku harus ngebut beresin paper. Gih sana Mas Banyu dandan dulu.
Jangan pake kemeja yang kemarin yah, udah lusuh. Pakai boots dari aku loh.
Salam buat Kak Tita”
Banyu menjitak pelan kepala Jingga sebelum keluar dan
menaruh sebatang coklat ke meja belajar Jingga. “Tuh buat kamu, biar gendut.
Haha”
Jingga kemudian mengerahkan segala kemampuan berpikirnya
dalam 60 menit selanjutnya. Ketika akhirnya jam menunjukkan pukul 2.30, ia
membereskan segala benda diatas meja dan ngibrit menuju kamar mandi. Biar mau
renang, mandi dulu ah. Begitu pikir Jingga.
Alexa mencelupkan ujung kakinya ke dalam kolam. Dari jauh ia
melihat sesosok Jingga menggunakan kaos band kesanyangannya, celana jeans
pendek dan sandal jepit warna biru muda. Tak lupa ransel merah marun yang
selalu dipakainya kemana-mana.
“5 menit yah lex. Jangan nyebur dulu. Aku mau pake sunblock.
Sini deh bantuin aku. Nanti aku jajanin cilok. Yuk yuk”
Alexa malah asik menyapu pandangan ke sekeliling kolam. Sore
itu cukup ramai rupanya. Ada beberapa keluarga dan sekelompok anak muda yang
sedang ada kegiatan eskul nampaknya. Terlihat dari 3 orang pria muda yang
menjadi instruktur. Alexa punya ide seru di kapalanya.
“Ye, Lex. Kok malah senyam senyum sih. Yuk kita tanding.
Nanti yang kalah jajanin yah.” Jingga memakai kacamata renangnya berjalan menuju
kolam.
“Siapa takut? Tapi nanti kalau menang aku gak mau di traktir
ah, lagi diet. Kamu ikutin kata kata aku aja yah. Pokonya ikutin.”
Jingga cengegesan sambil mengibaskan rambut ikalnya yang
mulai basah. “Ikutin kemana? Ke Perancis atau Alaska? Ikut sama kamu nyari bule
disana?”
Jingga hafal betul dengan angan angan si Alexa yang kalau
sudah jenuh dengan tugas kuliah dan gebetannya yang moody-an, pasti jadi
ngelantur ingin kabur ke Alaska.
“Sial. Udah yuk mulai. 1 lap yah. Satu.. Dua… Tiga!”
5 menit kemudian tangan Alexa lebih dulu menggapai batas
finish. DIbelakang Jingga misah misuh ngomel sampai keminum air kolam. “ Lexa
jelex. Kok kamu selalu sampai lebih dulu sih. Ah aku mau pura – pura amnesia
aja ah. “ Jingga kemudian mengambang menghadap langit dan asik mengikuti arah
angin.
Dari ujung mata Jingga ia bisa melirik pada Alexa yang
melambaikan tangan kearahnya. Ngapain pakai dadah segala sih si Alexa. Malu –
maluin, batin Jinggal dalam hati.
DUK! AUCH! (yang pertama bunyi benturan kepala Jingga pada
benda asing yang ada di belakangnya. Yang kedua bunyi teriakan Jingga yang
kesakitan)
Tatapan dingin dari seorang pria berambut mirip dengannya.
Tinggi juga tak jauh darinya. Seketika Jingga berseru kecil. “Eh, si teh peach!
Oops. Sori sori mas. Saya gak sengaja.”
Si ‘teh peach’ yang tadi ditabrak Jingga hanya memberi
tatapan dingin. Seraya mengucap, “Yo, santai.” Jingga kemudian lekas lekas
berenang menjauh setelah nyengir tanda grogi. Dalam air pikirannya serasa
mengawang. Bukan di langit kali ini, di air.
“Sial
kenapa tadi gak sekalian kenalan ya? Ah gara – gara si Alexa, awas aja dia.”
Lalu ujung kakinya serasa ditarik pelan dari belakang.
“Kyaa apaan nih, monster
kolam renang sungguh ada rupanya? Alexaaaa” semua itu Jingga ucapkan dalam air.
Yang muncul ke permukaan Cuma gelembung-gelembung air.
"Nih, kacamata renang lo jatuh." Jingga meraih kacamata renang warna merahnya dari tangan pemuda itu.
"Eh mas, saya pernah ketemu mas di library cafe loh. Tapi pasti mas gak sadar sih." Jingga entah kenapa menceritakan awal pertemuannya. "Oh iya, nama saya Jingga, mas. Just in case aja kita ketemu lagi. He"
"Gak usah manggil mas, saya Pras. Oh iya waktu itu saya lihat kamu sekilas."
Pras rupanya tidak bisa menahan rasa penasarannya. Walau dia
sendiri juga kaget, membalas pertanyaan dari orang asing begitu akrab. Rasanya
ada yang aneh dari dirinya, tapi itu membuatnya lebih bersemangat. Khusus untuk
kasus Jingga si clumsy ini.
Alexa yang melihat dari pinggir kolam rasanya ingin bersorak dan meninggalkan mereka berdua. Tapi Alexa penasaran dengan detai kejadian di kolam itu. “Kekuatan dewa air & cupid menghampiri mereka sepertinya” gumam Alexa gak kalah ngaco nya
Alexa yang melihat dari pinggir kolam rasanya ingin bersorak dan meninggalkan mereka berdua. Tapi Alexa penasaran dengan detai kejadian di kolam itu. “Kekuatan dewa air & cupid menghampiri mereka sepertinya” gumam Alexa gak kalah ngaco nya
to be continued.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar