Senja itu aku dan Danti mengunjungi pameran ilustrasi di Galeri Padi. setiba disana suasana sepi, wajar saja. hari itu bukan hari pembukaan pameran justru tinggal beberapa hari tersisa. setelah senyum ramah pada penjaga di depan, kami dipersilahkan masuk. rupanya ilustrasi yang ditampilkan tidak begitu banyak namun cukup menghiasi semua sisi ruangan. sepertinya satu artis memberikan 2 buah ilustrasinya. aku mengagumi hampir kesemuanya. ada yang menggunakan pensil, cetak diatas kertas hingga menggambar di post it! aku dan Danti berputar dalam ruang menikmati satu karya dan lainnya. membaca kurasi yang terpampang di pintu masuk, menilik isi buku tamu (ternyata cukup banyak yang datang, mungkin di hari pembukaan pameran). setelah puas kami mengunjungi Selasar Sunaryo yang sialnya kami datang pada hari Senin dan ternyata tutup :( baiklah 'kencan sore' kami pun berlanjut ke destinasi impulsif yang secara tetiba kuusulkan. kemanakah?
'kita
ke Kineruku yuk Dan?'
'kamu
belum, Fan?'
'belum,
gak pernah ada teman kesana (alasan :p haha)
'oke
yuk kesana sambil tunggu jemput ibuku'
berangkatlah
kita ke Kineruku :) Yeay!
Lewat
ciumbuleuit ternyata kita, masuk ke perumahan asri yang rumahnya besar dengan
taman di depan. Sejuk deh, kalau sepedahan kayanya seru. Sayang jalanannya
bikin betis cekot-cekot kalo sepedahan disana. Nanjak semua! Lalu mobil masuk
ke sebuah rumah yang dari luar terlihat agak tua khas rumah ‘jadul’ di Bandung.
Di muka rumah ada papan bertuliskan ‘Kineruku’. Rupanya ada sebuah lampu
seperti sirine sebagai penanda dan pembeda dari rumah – rumah lainnya. Biar gak
tertukar dengan rumah tetangga kali yah, hehe.
Aku
lalu mengajak Danti mampir ke Garasi Opa yang terletak disebelah Kineruku.
Benar – benar di garasi loh. Tapi tentu sudah dimodifikasi, disulap menjadi
sebuat tempat penuh barang –barang antik nan menarik. Yang mencuriperhatianku
adalah sebuah telepon kuno, lampu sign Nyonya Meneer berwarna kuning, artwork
jadul berbingkai untuk hiasan dinding dan tentu saja kacamata vintage! Puas
menikmati atmosfer nostalgia di Garasi Opa, kami melangkah masuk ke Kineruku.
Whoa!
Aku beru pernah kesana dan langsung jatuh cinta. Seraya mengutuki diri kenapa
tidak dari dulu kesini. Selain kendala transportasi sepertinya tidak ada yang
membuat aku berpikir dua kali untuk tidak mengunjungi tempat ini. Buku – buku
yang beragam, suasana homey dan hamparan rumput beratapkan langit cerah sore di
halaman belakang seperti menyihirku. Tak bosan aku berkeliling dari satu rak
buku ke rak lainnya untuk menyentuh buku – buku yang berjejer rapi disana
dengan ujung jari telunjukku. Terpekik tertahan saat menemukan buku –buku yang selama
ini aku cari dan kemudian bingung setengah mati ketika Danti menawariku untuk
meminjam salah satu buku disana menggunakan kartu anggotanya.
Danti
dengan sabar membantuku memilih buku dan memberikan rekomendasi buku-buku bagus
yang pernah dipinjamnya disana. Ketika menemukan satu deret biografi Soekarno,
Moh Hatta, dan Tan Malaka hatiku kembali gamang. “Bisa nggak adil nih kalau aku
cuma pinjam biografi Tan Malaka dan yang lain tidak”, pikirku. Belum lagi aku
menemukan buku “Kuantar Kau ke Pintu Gerbang” Kisah Cinta Bung Karno dan Ibu
Inggit. Makin pusinglah kepalaku. Lalu teringat sahabatku, Guri, pernah
merekomendasikan sebuah buku yang masih kusimpan catatannya di ponselku.
“Larutan
Senja” oleh Ratih Kumala. Baiklah kucoba cari. Ternyata buku Ratih Kumala yang
ada hanya satu buah. Berjudul “Tabula Rasa”. Kubalik beberapa halaman awalnya.
Menarik, pikirku. Maka aku meminjam buku itu (pada akhirnya) dan Danti meminjam
sebuah buku berbahasa Inggris tentang Road Trip.
Saat
aku berkeliling disana, aku berjumpa dengan Mba Theo, kemudian kami berbincang
sebentar. Rupanya kata Danti, spot tadi tempat Mba Theo duduk menghadap taman
adalah tempat favoritnya tiap ke Kineruku. “dia pernah nge-twit tentang spot
itu, Fan”. Wah pantas saja, nyaman sekali sepertinya, hehe.
Saat
membayar buku pinjaman di kasir, aku menggumam kecil mengikuti lantunan Mayer
Hawthore dan Payung Teduh yang kebetulan ter shuffle di laptop meja kasir.
Sedikit iseng kucari kartu pos di deretan CD music, hingga kutanya pada Mba
penjaga kasir (yang cantik sekali seperti Tessa J ) apa mereka jual kartupos.
Ternyata ada! tapi dibundel dan berisi beberapa kartu di dalamnya. Oke boleh
juga untuk referensi beli kartu selain di Reading Lights, walaupun kuakui di
Reading Lights koleksinya lebih banyak pilihan, hehe.
terimakasih yaa udah bikin rangkuman singkat kesana.
BalasHapuslagi cari buku Tan Malaka soalnya, lagi kosong terus stoknya di toko buku hiks